lombokprime.com – Pernikahan yang awalnya penuh kehangatan dan cinta bisa terasa hambar seiring berjalannya waktu. Seringkali, ketika hubungan terasa dingin, kita cenderung mencari kambing hitam. Namun, tahukah kamu bahwa terkadang, tanpa disadari, sikap istri yang membuat pernikahan dingin? Ya, benar sekali. Bukan berarti semua kesalahan ada pada satu pihak, tapi mari kita jujur, beberapa perilaku istri bisa menjadi pemicu utama renggangnya hubungan dengan suami.
Sebagai seorang teman yang ingin melihat pernikahanmu bahagia, saya akan membahas 7 sikap istri yang mungkin tanpa sadar membuat pernikahan menjadi dingin. Yuk, kita telaah bersama agar bisa menjadi refleksi dan langkah perbaikan ke depannya. Ingat, tujuan kita bukan untuk menyalahkan, tapi untuk saling memahami dan membangun hubungan yang lebih harmonis.
1. Terlalu Banyak Mengkritik dan Meremehkan
Siapa yang suka dikritik terus-menerus? Tentu tidak ada, termasuk suamimu. Meskipun maksudmu baik, yaitu ingin melihatnya menjadi pribadi yang lebih baik, kritik yang berlebihan dan meremehkan justru bisa membuatnya merasa tidak dihargai dan tidak cukup baik di matamu.
Bayangkan, setiap kali dia melakukan sesuatu, selalu ada saja komentar negatif atau perbandingan dengan orang lain. Lama-kelamaan, dia akan merasa lelah dan enggan untuk berbagi atau bahkan berinteraksi denganmu. Alih-alih memberikan kritik yang tajam, cobalah sampaikan pendapatmu dengan cara yang lebih lembut dan fokus pada solusi, bukan menyalahkan. Ingatlah, pujian dan apresiasi kecil bisa memberikan dampak yang jauh lebih besar daripada serangkaian kritikan.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh John Gottman, seorang ahli hubungan, rasio interaksi positif dan negatif yang sehat dalam pernikahan adalah 5:1. Artinya, untuk setiap interaksi negatif, setidaknya ada lima interaksi positif untuk menjaga keseimbangan emosional dalam hubungan. Jika kritik dan meremehkan mendominasi interaksi, jangan heran jika pernikahanmu terasa dingin.
2. Kurang Menghargai Usaha dan Kontribusi Suami
Dalam pernikahan, setiap kontribusi, sekecil apapun, sangat berarti. Ketika seorang istri kurang menghargai usaha suami, baik dalam mencari nafkah, membantu pekerjaan rumah, atau sekadar meluangkan waktu untuk keluarga, suami bisa merasa tidak dihargai dan motivasinya untuk terus berkontribusi akan menurun.
Mungkin kamu berpikir bahwa apa yang dia lakukan sudah menjadi kewajibannya. Memang benar, ada peran dan tanggung jawab masing-masing dalam pernikahan. Namun, ungkapan terima kasih dan apresiasi tulus akan membuatnya merasa dihargai dan termotivasi untuk melakukan lebih banyak lagi. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari kata “terima kasih” dan pujian yang tulus.
Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa salah satu faktor utama kebahagiaan dalam pernikahan adalah perasaan dihargai oleh pasangan. Ketika salah satu pihak merasa tidak dihargai, hal ini bisa menjadi sumber utama konflik dan ketidakbahagiaan.
3. Komunikasi yang Buruk dan Tertutup
Komunikasi adalah fondasi dari setiap hubungan yang sehat, termasuk pernikahan. Ketika istri cenderung tertutup, sulit diajak bicara, atau bahkan menghindari komunikasi, suami akan merasa bingung, frustrasi, dan akhirnya merasa jauh.
Mungkin ada masalah yang kamu hadapi, tapi memilih untuk diam dan menjauh bukanlah solusi yang tepat. Suami bukanlah pembaca pikiran. Dia tidak akan tahu apa yang kamu rasakan atau pikirkan jika kamu tidak mengkomunikasikannya. Cobalah untuk terbuka dan jujur tentang perasaan dan kebutuhanmu. Belajarlah untuk mendengarkan dengan empati dan berbicara dengan tenang tanpa menyalahkan.
Sebuah penelitian dalam Journal of Marriage and Family menemukan bahwa pasangan yang memiliki komunikasi yang efektif cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang lebih tinggi dan lebih mampu mengatasi konflik bersama. Sebaliknya, komunikasi yang buruk seringkali menjadi penyebab utama perceraian.






