4. Kurangnya Inisiatif dalam Membangun Keintiman Emosional dan Fisik
Seiring berjalannya waktu, gairah di awal pernikahan bisa saja mereda, dan itu wajar. Namun, masalah muncul ketika kurangnya inisiatif dalam menjaga keintiman, baik emosional maupun fisik, datang dari salah satu pihak, terutama suami. Suami mungkin merasa bahwa “sudah menikah, jadi tidak perlu lagi repot-repot merayu” atau “kan sudah pasti dia ada di sini.”
Keintiman emosional terbangun dari percakapan mendalam, berbagi mimpi dan ketakutan, serta menunjukkan kerentanan. Keintiman fisik bukan hanya tentang seks, tetapi juga sentuhan-sentuhan kecil seperti memeluk, menggenggam tangan, atau sekadar duduk berdekatan. Ketika inisiatif ini hilang, istri bisa merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, atau bahkan kesepian dalam pernikahannya. Ingat, cinta itu butuh dipupuk, bukan hanya dinikmati. Bukankah romansa kecil bisa membuat perbedaan besar?
5. Terlalu Banyak Mengkritik dan Kurang Memberi Pujian
Tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula istri. Namun, ketika suami terbiasa terlalu banyak mengkritik dan jarang memberikan pujian, ini bisa menjadi racun yang mematikan. Kritikan yang terus-menerus, entah itu soal penampilan, masakan, cara mengurus anak, atau hal-hal kecil lainnya, bisa menghancurkan kepercayaan diri istri dan membuatnya merasa tidak pernah cukup baik.
Di sisi lain, pujian adalah vitamin bagi hubungan. Pujian sederhana seperti “Masakanmu enak sekali hari ini,” “Kamu terlihat cantik,” atau “Terima kasih sudah mengurus semuanya,” bisa memberikan energi positif yang luar biasa. Ketika pujian jarang terdengar dan yang ada hanya kritik, istri bisa merasa lelah, tidak termotivasi, dan pada akhirnya, cinta yang tadinya mekar pun bisa layu karena terus-menerus disiram omelan. Ingatlah, setiap orang butuh merasa dihargai.
6. Berbohong atau Menyembunyikan Sesuatu yang Penting
Kepercayaan adalah fondasi utama dalam pernikahan. Ketika suami memiliki kebiasaan berbohong atau menyembunyikan sesuatu yang penting dari istri, entah itu masalah keuangan, interaksi dengan orang lain, atau hal-hal pribadi lainnya, fondasi ini akan retak. Mungkin suami berpikir, “Ah, ini kan cuma masalah kecil,” atau “Biar dia tidak khawatir.”
Namun, sekali kepercayaan rusak, sangat sulit untuk membangunnya kembali. Kebohongan sekecil apa pun bisa menimbulkan keraguan dan kecurigaan. Istri akan mulai mempertanyakan setiap perkataan dan tindakan suami, menciptakan atmosfer ketidakpastian dan kecemasan dalam hubungan. Kejujuran, meskipun pahit, jauh lebih baik daripada kebohongan manis yang berujung pada kehancuran. Transparansi adalah kunci untuk hubungan yang sehat dan langgeng.
7. Menolak Berkompromi dan Selalu Ingin Menang Sendiri
Dalam setiap hubungan, perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah. Namun, ketika suami selalu menolak berkompromi dan bersikeras untuk selalu menang sendiri dalam setiap argumen atau keputusan, ini bisa menjadi masalah besar. Pernikahan adalah tentang dua individu yang berjalan bersama, mencari titik temu, dan saling mendukung.
Sikap egois yang tidak mau mengalah menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap pasangan dan keinginan untuk mengendalikan hubungan. Istri akan merasa pendapatnya tidak pernah dihargai, keinginannya diabaikan, dan perannya dalam rumah tangga hanya sebagai pelengkap. Ini bisa memicu rasa frustrasi, dendam, dan akhirnya, rasa cinta yang memudar karena merasa tidak seimbang dan tidak setara. Kompromi bukan berarti kalah; itu berarti menghargai dan membangun bersama.






