Prioritaskan Waktu Berkualitas Bersama
Di tengah kesibukan kerja, mengurus anak, dan tuntutan hidup lainnya, waktu berkualitas seringkali menjadi korban pertama. Namun, justru inilah yang seringkali menjadi vitamin penting bagi hubungan. Waktu berkualitas bukan berarti harus pergi berlibur ke luar negeri setiap bulan. Ini bisa sesederhana menghabiskan waktu bersama di rumah tanpa gangguan, seperti menonton film bersama setelah anak-anak tidur, memasak makan malam bersama, atau sekadar menikmati secangkir kopi di pagi hari tanpa ponsel di tangan.
Data dari sebuah survei yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa pasangan yang melaporkan sering menghabiskan waktu berkualitas bersama memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dan merasa lebih bahagia dalam pernikahan mereka. Ide kencan malam mingguan mungkin terdengar klise, tapi ada alasannya mengapa kebiasaan ini bertahan. Ini adalah kesempatan untuk kembali terhubung, melepaskan peran “orang tua” atau “profesional”, dan kembali menjadi “pasangan”. Bahkan jika itu hanya 30 menit setiap malam untuk saling bercerita tentang hari masing-masing, atau satu jam setiap minggu untuk melakukan hobi bersama. Yang terpenting adalah kehadiran penuh dan fokus satu sama lain.
Saling Menunjukkan Apresiasi dan Rasa Syukur
Seringkali, kita merasa bahwa pasangan kita “sudah tahu” betapa kita menghargai mereka. Namun, perkataan atau tindakan kecil yang menunjukkan apresiasi memiliki kekuatan yang luar biasa. Pernahkah Anda merasa bahwa pekerjaan rumah tangga atau upaya Anda seringkali tidak terlihat atau tidak dihargai? Pasangan Anda juga mungkin merasakan hal yang sama. Mengucapkan terima kasih untuk hal-hal kecil seperti “Terima kasih sudah menyiapkan sarapan,” atau “Aku sangat menghargai usahamu dalam membersihkan rumah,” bisa membuat perbedaan besar.
Penelitian psikologis menunjukkan bahwa mengekspresikan rasa syukur secara teratur tidak hanya meningkatkan kebahagiaan individu, tetapi juga memperkuat ikatan dalam hubungan. Cobalah untuk menemukan setidaknya satu hal setiap hari yang bisa Anda apresiasi dari pasangan Anda. Ini bisa menjadi sesuatu yang besar atau sangat kecil. Misalnya, pujian tulus tentang bagaimana mereka menangani situasi sulit, atau sekadar mengakui bahwa mereka terlihat rapi hari itu. Kata-kata “terima kasih”, “aku menghargaimu”, atau “aku bangga padamu” adalah mantra sederhana namun ajaib yang bisa menjaga hubungan tetap hangat dan penuh perhatian.
Belajar Mengelola Konflik dengan Sehat
Tidak ada pernikahan yang bebas dari konflik. Bahkan, ketidaksepakatan adalah bagian alami dari setiap hubungan. Yang membedakan pernikahan yang langgeng dari yang rentan adalah bagaimana pasangan mengelola konflik tersebut. Konflik yang sehat berarti mampu berdebat tanpa menyerang pribadi, fokus pada masalah, bukan pada kekurangan pasangan. Hindari kata-kata yang menyakitkan atau tuduhan yang tidak adil.
Psikolog John Gottman, yang terkenal dengan penelitiannya tentang stabilitas pernikahan, menemukan bahwa pasangan yang sukses adalah mereka yang mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang menghargai, bukan merendahkan. Ia mengidentifikasi “Empat Penunggang Kuda Kiamat” dalam pernikahan: kritik, pembelaan diri, penghinaan, dan stonewalling (menarik diri). Menghindari keempat hal ini dan menggantinya dengan komunikasi yang konstruktif, seperti menggunakan “aku” daripada “kamu” dalam kalimat (contoh: “Aku merasa sedih ketika…” daripada “Kamu selalu membuatku sedih…”), adalah kunci. Belajar meminta maaf dan memaafkan juga merupakan bagian integral dari pengelolaan konflik yang sehat. Ingatlah, Anda dan pasangan adalah tim, bukan musuh yang harus saling mengalahkan.






