lombokprime.com – Balikan dengan mantan, sebuah frasa yang seringkali memicu perdebatan dan keraguan. Banyak yang beranggapan bahwa kembali ke pelukan mantan adalah langkah mundur, sebuah pengulangan kesalahan yang pasti berujung pada kekecewaan yang sama. Namun, benarkah demikian? Apakah setiap kisah cinta yang bersemi kembali pasti akan layu untuk kedua kalinya? Artikel ini akan mengupas tuntas fakta di balik fenomena balikan dengan mantan, menepis mitos dan memberikan pandangan yang lebih realistis dan mendalam.
Mengapa Banyak yang Ragu untuk Balikan dengan Mantan?
Keraguan untuk kembali menjalin hubungan dengan mantan pacar tentu bukan tanpa alasan. Pengalaman pahit di masa lalu seringkali menjadi momok yang menakutkan. Bayangan pertengkaran, ketidakcocokan, atau bahkan pengkhianatan bisa menghantui dan membuat seseorang berpikir dua kali sebelum memberikan kesempatan kedua. Selain itu, tekanan dari lingkungan sekitar, seperti teman dan keluarga, juga bisa menjadi faktor penghambat. Mereka mungkin memiliki pandangan negatif terhadap ide balikan dan khawatir kita akan kembali terluka.
Belum lagi, ada anggapan umum bahwa jika suatu hubungan berakhir, pasti ada alasan mendasar yang sulit diubah. Pemikiran bahwa “orang tidak akan pernah berubah” seringkali menjadi landasan bagi keyakinan bahwa balikan dengan mantan pasti akan mengulang pola yang sama. Ketakutan akan mengulangi kesalahan yang sama dan merasakan sakit hati untuk kedua kalinya adalah alasan yang sangat valid untuk merasa ragu.
Tapi, Apa Sih yang Membuat Kita Terpikir untuk Kembali ke Pelukan Mantan?
Di tengah keraguan dan ketakutan, mengapa masih banyak orang yang mempertimbangkan atau bahkan memutuskan untuk balikan dengan mantan? Jawabannya mungkin terletak pada rasa nyaman dan familiaritas yang sulit ditemukan pada orang baru. Mantan adalah seseorang yang sudah kita kenal luar dalam, tahu kebiasaan baik dan buruk kita, serta berbagi banyak kenangan bersama. Kehilangan sosok ini bisa meninggalkan kekosongan yang besar.
Selain itu, terkadang perpisahan terjadi bukan karena masalah besar, melainkan karena situasi atau kondisi yang memaksa. Misalnya, jarak yang memisahkan, perbedaan prioritas pada waktu tertentu, atau tekanan dari pihak luar. Ketika kondisi tersebut berubah, muncul kembali harapan untuk menghidupkan kembali cinta yang pernah ada.
Tidak jarang pula, setelah berpisah, kita dan mantan sama-sama mengalami pertumbuhan dan perubahan yang signifikan. Kita mungkin menjadi lebih dewasa, lebih bijak dalam menghadapi masalah, dan lebih menghargai satu sama lain. Perubahan positif ini bisa menjadi fondasi yang kuat untuk membangun hubungan yang lebih baik di kesempatan kedua. Rasa rindu, kenangan indah yang tersisa, dan keyakinan bahwa “mungkin kali ini akan berbeda” menjadi pendorong kuat untuk mencoba lagi.
Lalu, Bagaimana Sebenarnya Peluang Keberhasilan Balikan dengan Mantan?
Pertanyaan krusialnya adalah, seberapa besar sih peluang keberhasilan balikan dengan mantan? Sayangnya, tidak ada angka pasti yang bisa menjawab pertanyaan ini. Namun, beberapa penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa peluang keberhasilan balikan memang tidak sebesar hubungan yang baru dimulai.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa pasangan yang kembali bersama setelah putus memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih rendah dan risiko putus kembali yang lebih tinggi dibandingkan pasangan yang tidak pernah putus. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya riwayat masalah dan luka di masa lalu yang sulit untuk sepenuhnya hilang.
Meskipun demikian, bukan berarti semua kisah balikan pasti berakhir dengan kegagalan. Ada banyak juga pasangan yang berhasil membangun hubungan yang lebih kuat dan langgeng setelah kembali bersama. Kuncinya terletak pada beberapa faktor penting yang akan kita bahas lebih lanjut.






