lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa hubunganmu terasa renggang, padahal tidak ada pertengkaran hebat yang terjadi? Mungkin, ada pola komunikasi terselubung yang diam-diam mengikis fondasi kepercayaan dan keintiman dalam interaksimu. Komunikasi, baik verbal maupun non-verbal, adalah jantung dari setiap hubungan. Namun, tidak semua komunikasi itu sehat. Ada kalanya, tanpa kita sadari, kita terjebak dalam kebiasaan berbicara atau bertindak yang justru menciptakan jarak, bahkan merusak koneksi dengan orang-orang terdekat. Mari kita bedah bersama, apa saja sih pola-pola terselubung ini, dan bagaimana kita bisa mengidentifikasinya, lalu mengubahnya agar hubungan kita jadi lebih sehat dan kuat.
Mengapa Komunikasi Terselubung Itu Berbahaya?
Komunikasi terselubung berbeda dengan konflik terbuka. Konflik terbuka, meskipun tidak nyaman, setidaknya memberikan ruang untuk klarifikasi dan penyelesaian. Sebaliknya, pola komunikasi terselubung seringkali sulit dikenali karena sifatnya yang samar, seringkali dilatarbelakangi oleh asumsi, ketidakberanian, atau bahkan ketidaktahuan. Bayangkan seperti hama yang menyerang tanaman dari dalam; tidak terlihat di permukaan, namun perlahan menghancurkan. Dampaknya bisa berupa kekecewaan yang menumpuk, miskomunikasi yang terus-menerus, atau bahkan hilangnya rasa aman dalam berbagi. Pada akhirnya, ini bisa menyebabkan hubungan menjadi hambar, penuh ketegangan, atau bahkan retak tanpa alasan yang jelas di mata publik.
Mengenali Bentuk-Bentuk Pola Komunikasi Terselubung
Pola komunikasi terselubung bisa muncul dalam berbagai rupa. Penting bagi kita untuk memahami ragamnya agar bisa lebih peka terhadap kehadirannya dalam interaksi kita sehari-hari.
1. Pasif-Agresif: Senyum di Bibir, Kekecewaan di Hati
Salah satu bentuk paling umum adalah perilaku pasif-agresif. Ini adalah cara seseorang mengekspresikan kemarahan atau ketidakpuasan secara tidak langsung, bukannya secara langsung. Contohnya? Menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya dilakukan, membuat lelucon sinis yang sebenarnya menyindir, atau bahkan memberikan “pujian” yang sebenarnya merendahkan.
- Contoh nyata: Temanmu bilang, “Wah, tumben kamu bisa datang tepat waktu, biasanya kan ngaret terus.” Sekilas terdengar seperti candaan, tapi ada nada sindiran di baliknya yang bisa membuatmu merasa tidak nyaman.
- Mengapa merusak: Perilaku ini membangun tembok. Orang yang pasif-agresif tidak berani mengungkapkan perasaannya secara jujur, dan orang yang menerima pesan ini akan merasa bingung atau kesal karena tidak ada kejelasan. Ini menciptakan lingkungan yang tidak aman untuk berkomunikasi secara terbuka. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Psychology Today pada tahun 2023, sekitar 70% responden melaporkan merasa frustasi atau bingung ketika berinteraksi dengan orang yang menunjukkan perilaku pasif-agresif.
2. Ghosting: Menghilang Tanpa Jejak
Di era digital ini, ghosting menjadi semakin marak. Ini adalah tindakan mengakhiri komunikasi secara tiba-tiba tanpa penjelasan, baik dalam konteks romansa, pertemanan, atau bahkan profesional.
- Contoh nyata: Kamu sudah beberapa kali chat temanmu untuk menanyakan kabar, tapi tidak ada balasan. Padahal, dia aktif di media sosial.
- Mengapa merusak: Ghosting meninggalkan korban dalam kebingungan, pertanyaan, dan rasa tidak dihargai. Ini merusak kepercayaan dan bisa menimbulkan trauma emosional yang signifikan. Data dari Statista (2024) menunjukkan bahwa 65% orang berusia 18-34 tahun pernah menjadi korban ghosting dalam hubungan asmara.
3. Asumsi: Menebak-nebak Isi Hati
Seringkali, kita cenderung berasumsi tentang apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain tanpa mengonfirmasinya. Ini adalah jalan pintas yang berbahaya dalam komunikasi.






