2. Tetap Pertahankan Hobi dan Minat Pribadi
Sebelum menikah, mungkin kamu punya segudang hobi dan minat yang mengisi waktu luangmu. Setelah menikah, jangan biarkan hobi-hobi itu hilang begitu saja! Melanjutkan hobi lamamu, atau bahkan menemukan yang baru, adalah cara yang fantastis untuk menjaga identitasmu. Hobi memberimu kesempatan untuk mengekspresikan diri, mengasah keterampilan, dan merasakan pencapaian pribadi di luar lingkup pernikahan.
Apakah kamu suka melukis, bermain musik, mendaki gunung, atau bahkan hanya bermain video game? Lanjutkanlah! Jika hobi itu membutuhkan waktu atau sumber daya, bicarakan dengan pasanganmu. Mungkin kalian bisa bergantian menjaga anak jika sudah punya, atau mengatur jadwal agar masing-masing punya waktu untuk menekuni hobinya. Ingat, hobi adalah jendela bagi jiwamu. Mereka adalah bagian penting dari siapa dirimu, dan terus melakukannya akan membuatmu merasa lebih utuh.
3. Jaga Hubungan dengan Lingkaran Pertemananmu
Lingkaran pertemananmu adalah bagian penting dari sistem pendukungmu. Mereka mengenalmu dari sebelum kamu menikah, dan mereka bisa menjadi cerminan dari dirimu yang dulu. Jangan sampai hubungan pertemananmu merenggang setelah menikah. Jadwalkan waktu untuk bertemu dengan teman-temanmu, baik itu sekadar makan siang, minum kopi, atau bahkan liburan singkat.
Bertemu dengan teman-temanmu akan memberimu perspektif baru, kesempatan untuk bercerita tentang hal-hal di luar rumah tangga, dan tawa yang menyegarkan. Ini juga membantu menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan pernikahan. Pasanganmu mungkin adalah belahan jiwamu, tetapi teman-temanmu melengkapi bagian lain dari dirimu yang penting. Dukungan sosial dari teman-teman juga bisa menjadi penyeimbang saat kamu menghadapi tantangan dalam pernikahan.
4. Berani Mengatakan “Tidak” pada Hal yang Tidak Sesuai dengan Nilaimu
Pernikahan melibatkan banyak kompromi, itu sudah pasti. Namun, kompromi bukan berarti kamu harus mengorbankan nilai-nilai inti atau prinsip yang kamu pegang teguh. Belajarlah untuk mengatakan “tidak” dengan sopan namun tegas ketika ada hal-hal yang bertentangan dengan keyakinan, etika, atau batasan pribadimu. Ini adalah bentuk menjaga integritas diri.
Misalnya, jika kamu selalu menjunjung tinggi kejujuran dan transparan, jangan biarkan dirimu terbawa arus untuk melakukan hal yang tidak jujur demi kenyamanan sesaat dalam hubungan. Berkomunikasilah secara terbuka dengan pasanganmu tentang nilai-nilai ini. Pernikahan yang sehat didasarkan pada rasa saling menghormati, dan itu termasuk menghormati nilai-nilai masing-masing.
5. Terus Kembangkan Diri dan Belajar Hal Baru
Pernikahan bukanlah akhir dari proses belajar dan berkembangmu sebagai individu. Justru sebaliknya, ini bisa menjadi motivasi untuk terus tumbuh! Ambil kursus online, baca buku-buku baru, pelajari keterampilan baru, atau ikuti workshop yang menarik minatmu. Ketika kamu terus belajar dan mengembangkan diri, kamu akan merasa lebih termotivasi, lebih percaya diri, dan memiliki banyak hal menarik untuk dibagikan dengan pasanganmu.
Misalnya, jika kamu selalu tertarik pada fotografi, mengapa tidak mengambil kelas dasar? Atau jika kamu ingin belajar bahasa baru, mulailah dengan aplikasi. Proses pengembangan diri ini akan memberimu rasa pencapaian pribadi dan menjaga pikiranmu tetap aktif. Ini menunjukkan bahwa kamu adalah individu yang dinamis, tidak hanya terpaku pada peranmu sebagai suami atau istri.
6. Komunikasi yang Terbuka dan Jujur dengan Pasangan
Pondasi dari setiap hubungan yang sehat adalah komunikasi. Dan ini sangat penting dalam menjaga identitas diri. Bicarakan dengan pasanganmu tentang perasaanmu, kekhawatiranmu, impianmu, dan kebutuhanmu sebagai individu. Jangan berasumsi bahwa pasanganmu akan tahu apa yang kamu rasakan atau inginkan. Ungkapkan secara jujur, tetapi dengan cara yang penuh kasih sayang.
Contohnya, jika kamu merasa membutuhkan waktu lebih banyak untuk diri sendiri, sampaikan dengan jelas: “Sayang, aku sangat mencintaimu dan bahagia bersama, tapi akhir-akhir ini aku merasa butuh sedikit waktu untuk diriku sendiri. Bisakah kita atur agar aku punya waktu satu jam di sore hari untuk membaca?” Komunikasi yang jujur akan membantu pasanganmu memahami kebutuhanmu dan mencari solusi bersama. Ini juga mencegah kesalahpahaman dan rasa frustrasi yang menumpuk.






