- Budaya Kerja yang Toksik: Beberapa lingkungan kerja memiliki budaya yang kompetitif, penuh tekanan, dan tidak menghargai karyawan. Dalam lingkungan seperti ini, kekasaran mungkin menjadi hal yang lumrah dan diterima.
- Lingkaran Pertemanan yang Negatif: Jika teman-temanmu sering bersikap kasar satu sama lain atau cenderung meremehkanmu, ini bisa menjadi sumber utama perasaan tidak nyamanmu.
- Interaksi dengan Orang Asing di Tempat Umum: Sayangnya, ada orang-orang yang memang senang bersikap kasar kepada orang asing tanpa alasan yang jelas. Ini mungkin disebabkan oleh stres, frustrasi pribadi, atau sekadar kurangnya empati.
5. Kamu Kurang Memiliki Batasan yang Jelas
Batasan adalah garis tak terlihat yang kita tetapkan untuk melindungi diri kita dari perilaku orang lain yang tidak pantas. Jika kamu tidak memiliki batasan yang jelas, orang lain mungkin akan dengan mudah melanggarnya.
- Membiarkan Orang Lain Menginterupsi: Jika kamu selalu membiarkan orang lain memotong pembicaraanmu, ini bisa mengirimkan pesan bahwa pendapatmu tidak penting.
- Tidak Menolak Permintaan yang Tidak Masuk Akal: Terlalu sering mengiyakan permintaan yang tidak realistis atau memberatkan bisa membuat orang lain merasa bahwa mereka bisa memanfaatkanmu.
- Tidak Mengungkapkan Ketidaknyamanan: Jika kamu merasa tidak nyaman dengan perilaku seseorang tetapi tidak mengatakannya, mereka tidak akan tahu bahwa mereka telah melampaui batas.
6. Kamu Terlalu Sensitif (Mungkin Karena Stres)
Terkadang, kekasaran yang kita rasakan mungkin lebih disebabkan oleh kondisi emosional kita sendiri daripada niat buruk orang lain.
- Sedang Mengalami Stres atau Kecemasan: Ketika kita sedang stres atau cemas, kita cenderung lebih mudah tersinggung dan menafsirkan tindakan orang lain secara negatif.
- Kurang Tidur atau Merasa Lelah: Kondisi fisik yang buruk juga bisa memengaruhi suasana hati dan membuat kita lebih sensitif terhadap perkataan atau tindakan orang lain.
- Memiliki Pengalaman Trauma di Masa Lalu: Pengalaman buruk di masa lalu bisa membuat kita lebih waspada dan mudah merasa terancam, bahkan oleh interaksi yang sebenarnya netral.
7. Kamu dan Orang Lain Memiliki Gaya Komunikasi yang Berbeda
Perbedaan gaya komunikasi bisa menyebabkan kesalahpahaman dan membuat salah satu pihak merasa diperlakukan kasar.
- Gaya Komunikasi Langsung vs. Tidak Langsung: Beberapa orang cenderung berkomunikasi secara langsung dan blak-blakan, sementara yang lain lebih suka menggunakan bahasa yang lebih halus dan tidak langsung. Jika gaya komunikasi ini tidak cocok, salah satu pihak mungkin merasa diserang atau diabaikan.
- Perbedaan Budaya: Norma-norma komunikasi sangat bervariasi antar budaya. Apa yang dianggap sopan dalam satu budaya mungkin dianggap kasar dalam budaya lain.
- Perbedaan Kepribadian: Orang dengan kepribadian yang berbeda mungkin memiliki preferensi komunikasi yang berbeda pula. Misalnya, orang yang introvert mungkin merasa kewalahan oleh interaksi yang terlalu intens.
8. Kamu Tanpa Sadar Meniru Perilaku Kasar
Mungkin tanpa kamu sadari, kamu telah menginternalisasi perilaku kasar dari lingkunganmu dan mulai menirunya dalam interaksimu dengan orang lain.
- Menjadi Korban Kekerasan Verbal di Masa Lalu: Jika kamu pernah menjadi korban kekerasan verbal, kamu mungkin tanpa sadar mengadopsi pola komunikasi yang sama.
- Terbiasa Melihat Kekasaran di Media atau Lingkungan Sekitar: Lingkungan tempat kita tumbuh dan media yang kita konsumsi bisa memengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain. Jika kita sering melihat atau mendengar kekasaran, kita mungkin mulai menganggapnya sebagai hal yang normal.
- Merespons Kekasaran dengan Kekasaran: Ketika seseorang bersikap kasar kepada kita, respons alami kita mungkin adalah membalas dengan cara yang sama. Siklus ini bisa terus berlanjut dan membuat kita merasa seolah-olah semua orang bersikap kasar kepada kita.
9. Kamu Memiliki Ekspektasi yang Tidak Realistis
Terkadang, kita mengharapkan orang lain untuk selalu bersikap baik dan sopan kepada kita. Ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi, kita mungkin merasa diperlakukan kasar, padahal sebenarnya perilaku orang tersebut masih dalam batas wajar.






