Karier  

Awas, 5 Kebiasaan Ini Bisa Dinilai Jadi Penjilat di Kantor

Awas, 5 Kebiasaan Ini Bisa Dinilai Jadi Penjilat di Kantor
Awas, 5 Kebiasaan Ini Bisa Dinilai Jadi Penjilat di Kantor (www.freepik.com)

1. Sadari Batasan Peranmu

Ingatlah selalu bahwa kamu adalah seorang profesional yang dipekerjakan untuk menjalankan peran dan tanggung jawab tertentu. Atasanmu adalah manajermu, bukan orang tua, teman dekat, atau terapis. Memahami batasan peran ini akan membantumu menjaga jarak emosional yang tepat. Fokus pada output kerjamu dan tujuan profesional, bukan pada upaya untuk menyenangkan atasan secara pribadi.

2. Prioritaskan Kesehatan Mental dan Fisikmu

Jadwalkan waktu untuk dirimu sendiri dan patuhi jadwal tersebut. Jangan biarkan pekerjaan atau ekspektasi atasan menggerogoti waktu istirahat, hobi, atau waktu bersama orang-orang terkasih. Belajar mengatakan “tidak” dengan sopan namun tegas adalah keterampilan penting yang perlu kamu kuasai. Ingat, kamu tidak akan bisa bekerja dengan baik jika fisik dan mentalmu tidak sehat. Prioritaskan kesejahteraanmu, itu bukan egois, itu adalah investasi.

3. Kembangkan Hubungan Profesional dengan Kolega Lain

Jangan hanya berfokus pada hubungan dengan atasan. Bangun jaringan dan hubungan yang kuat dengan rekan kerja, tim lain, atau bahkan mentor di luar departemenmu. Ini akan memberimu perspektif yang lebih luas, dukungan sosial yang beragam, dan mengurangi ketergantungan emosionalmu pada satu orang saja. Memiliki banyak sumber dukungan akan membuatmu merasa lebih stabil dan percaya diri.

4. Fokus pada Kinerja dan Hasil, Bukan Persepsi

Alihkan energimu dari mengkhawatirkan apa yang atasanmu pikirkan tentangmu, menjadi fokus pada pencapaian tujuan dan output kerjamu. Ketika kamu menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi dan mencapai target, itu adalah bukti terbaik dari kemampuan dan dedikasimu. Ini akan membangun kepercayaan dirimu dari dalam, yang jauh lebih kuat daripada validasi dari luar.

5. Cari Feedback dari Berbagai Sumber

Jangan hanya mengandalkan feedback dari atasan. Cari masukan dari rekan kerja, tim lain, atau bahkan klien. Minta feedback yang spesifik dan konstruktif. Dengan begitu, kamu akan mendapatkan gambaran yang lebih holistik tentang kinerja dan area yang perlu ditingkatkan, tanpa terlalu terpengaruh oleh satu pandangan saja. Ini juga melatih dirimu untuk menerima kritik secara lebih objektif.

6. Latih Diri untuk Menetapkan Batasan yang Tegas

Ini mungkin bagian yang paling menantang, tetapi sangat penting. Jika atasanmu meminta sesuatu yang di luar batas wajarmu, belajarlah untuk menolak dengan cara yang sopan dan profesional. Misalnya, “Terima kasih atas kepercayaannya, tetapi saya saat ini sedang fokus pada proyek X yang deadline-nya sudah dekat. Bisakah kita diskusikan prioritasnya?” Atau, “Saya akan dengan senang hati membantu, tetapi saya harus menuntaskan pekerjaan A terlebih dahulu agar tidak mengganggu deadline.” Komunikasikan batasanmu dengan jelas dan konsisten.

Menjadi Profesional yang Tangguh dan Seimbang

Mengelola keterikatan emosional dengan atasan adalah bagian dari perjalanan menjadi profesional yang matang dan seimbang. Ini bukan tentang menciptakan jarak yang dingin, melainkan tentang membangun fondasi hubungan kerja yang sehat, di mana kamu bisa berfungsi secara optimal tanpa mengorbankan kesejahteraan pribadi. Dengan menyadari kebiasaan-kebiasaan ini dan menerapkan solusi yang tepat, kamu tidak hanya akan menjadi karyawan yang lebih efektif, tetapi juga individu yang lebih bahagia dan tangguh. Ingat, kamu adalah pengemudi utama dalam perjalanan kariermu, dan memiliki kendali atas emosimu adalah kekuatan terbesar yang bisa kamu miliki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *