- Contoh Jawaban Buruk: “Saya ingin menjadi manajer di sebuah perusahaan besar.” (Terlalu umum dan tidak spesifik)
- Contoh Jawaban Lebih Baik: “Dalam lima tahun ke depan, saya melihat diri saya sebagai kontributor kunci di tim [nama tim/departemen yang Anda lamar] di [nama perusahaan]. Saya antusias untuk terus mengembangkan keahlian saya di [sebutkan keahlian relevan, contoh: analisis data atau strategi pemasaran digital] dan berharap bisa mengambil lebih banyak tanggung jawab dalam proyek-proyek penting. Saya tertarik dengan bagaimana [nama perusahaan] berinovasi di bidang [sebutkan bidang inovasi perusahaan], dan saya ingin menjadi bagian dari pertumbuhan itu, mungkin dengan memimpin inisiatif baru atau melatih anggota tim yang lebih junior.”
Jawaban ini menunjukkan bahwa Anda tidak hanya memiliki tujuan, tetapi juga sudah memikirkannya dalam konteks perusahaan yang sedang Anda lamar. Anda terdengar bersemangat dan berorientasi pada tujuan.
Pertanyaan “Bodoh” Lainnya dan Cara Menjawabnya dengan Cerdas
Selain dua pertanyaan di atas, ada beberapa “favorit” pewawancara lainnya yang seringkali membuat kita bingung.
“Mengapa Anda tertarik dengan posisi ini?”
Pertanyaan ini bukan hanya tentang apa yang ada di deskripsi pekerjaan. Pewawancara ingin melihat seberapa besar motivasi Anda dan apakah Anda benar-benar memahami peran tersebut.
- Hindari: “Saya butuh pekerjaan” atau “Gajinya lumayan.”
- Fokuskan pada: Passion Anda terhadap bidang tersebut, bagaimana keahlian Anda cocok dengan persyaratan, dan mengapa Anda percaya bahwa perusahaan ini adalah tempat terbaik untuk mengembangkan potensi Anda.
- Tips Tambahan: Ceritakan sebuah pengalaman atau proyek yang membuat Anda tertarik pada bidang ini, lalu hubungkan dengan peran yang Anda lamar.
“Ceritakan tentang diri Anda.”
Ini adalah pertanyaan pembuka yang sering menjebak. Jangan bercerita tentang seluruh riwayat hidup Anda dari TK sampai sekarang. Ini bukan sesi curhat!
- Hindari: Menjelaskan ulang resume Anda secara berurutan.
- Fokuskan pada: Ringkasan singkat tentang siapa Anda secara profesional, keahlian utama Anda yang relevan, dan mengapa Anda ada di sini (mengapa Anda melamar posisi ini). Anggap ini sebagai ‘elevator pitch’ pribadi Anda.
- Tips Tambahan: Mulailah dengan presentasi singkat tentang pencapaian terbesar Anda, lalu kaitkan dengan bagaimana pengalaman tersebut menjadikan Anda kandidat ideal untuk posisi yang dilamar.
“Mengapa Anda meninggalkan pekerjaan terakhir Anda?”
Pertanyaan sensitif, tapi bisa jadi peluang untuk menunjukkan profesionalisme Anda.
- Hindari: Mengeluh tentang atasan, rekan kerja, atau budaya perusahaan sebelumnya. Ini akan memberikan kesan negatif.
- Fokuskan pada: Alasan positif dan berorientasi ke depan. Misalnya, Anda mencari tantangan baru, peluang untuk mengembangkan keahlian yang tidak tersedia di pekerjaan sebelumnya, atau mencari budaya perusahaan yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Anda (tanpa menjelek-jelekkan yang lama).
- Tips Tambahan: Jika ada isu negatif, ubah menjadi narasi tentang pembelajaran dan pertumbuhan pribadi. “Saya belajar banyak dari pengalaman itu, dan saya menyadari bahwa saya mencari lingkungan yang lebih menekankan pada [sebutkan aspek positif yang Anda cari, misalnya: kolaborasi tim yang kuat / inovasi berkelanjutan].”
Trik Tambahan Agar Tetap Santai dan Percaya Diri
Menghadapi pertanyaan “bodoh” di interview memang butuh strategi, tapi jangan sampai Anda terlihat kaku dan robotik. Ingat, pewawancara juga mencari sosok yang bisa berinteraksi dengan baik dan memiliki kepribadian.






