Menggunakan Pertanyaan Terbuka untuk Membangun Pemahaman
Alih-alih langsung menyanggah, cobalah untuk mengajukan pertanyaan yang mendorong lawan bicara untuk menjelaskan lebih lanjut pemikiran mereka. Ini menunjukkan bahwa kamu ingin memahami, bukan hanya ingin menang.
-
Hindari: “Itu ide yang buruk.”
-
Ganti dengan: “Bisakah Anda menjelaskan lebih lanjut bagaimana ide ini akan mengatasi tantangan X?”
-
Hindari: “Saya tidak setuju.”
-
Ganti dengan: “Apa dasar pemikiran Anda di balik keputusan ini? Saya ingin memahami perspektif Anda lebih dalam.”
Pendekatan ini tidak hanya menunjukkan rasa hormat, tetapi juga memberimu kesempatan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut sebelum membentuk opini akhir, yang seringkali mengarah pada solusi yang lebih baik.
Elemen Non-Verbal yang Mendukung Kekuatan Pesanmu
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kata-kata hanyalah sebagian kecil dari komunikasi. Untuk berbicara santun tanpa terlihat lemah, kamu juga harus memperhatikan aspek non-verbal:
Intonasi Suara yang Tegas Namun Menenangkan
Nada suaramu harus mencerminkan keyakinan. Hindari nada yang terlalu tinggi atau bergetar, yang bisa menandakan kecemasan. Sebaliknya, gunakan nada yang stabil, jelas, dan sedikit lebih rendah untuk menyampaikan otoritas. Namun, pastikan juga untuk menjaga nada yang menenangkan dan ramah, bukan memerintah.
Bahasa Tubuh yang Percaya Diri
Berdiri tegak, jaga kontak mata (sesuai budaya setempat), dan hindari menyilangkan tangan atau terlihat gelisah. Bahasa tubuh yang terbuka dan percaya diri akan memperkuat pesan verbalmu. Kontak mata yang mantap menunjukkan bahwa kamu jujur dan yakin dengan apa yang kamu katakan.
Ekspresi Wajah yang Ramah Namun Serius
Senyum yang tulus dapat membuat pesan yang serius pun terdengar lebih ramah. Namun, pastikan ekspresi wajahmu juga sesuai dengan konteks. Jika kamu menyampaikan sesuatu yang penting, ekspresi serius namun tidak marah akan lebih efektif daripada senyum yang tidak pada tempatnya.
Studi Kasus: Dari Frustrasi Menjadi Solusi
Bayangkan skenario ini: Kamu adalah seorang manajer proyek yang memiliki anggota tim yang sering melewatkan deadline. Awalnya, kamu mencoba berbicara sangat hati-hati: “Ehm, saya tidak yakin, tapi sepertinya kita mungkin perlu lebih memperhatikan deadline?” Hasilnya? Tidak ada perubahan signifikan. Anggota tim merasa pesannya kurang mendesak.
Sekarang, mari kita ubah pendekatannya dengan strategi yang sudah kita bahas:
Pendekatan Lama (Terlalu Halus, Disalahartikan Lemah): “Hai [Nama Anggota Tim], saya ingin berbicara sedikit tentang deadline proyek. Saya tahu kamu sibuk, dan mungkin ada beberapa tantangan, tapi saya agak khawatir kita mungkin tidak bisa memenuhi deadline ini kalau begini terus. Mungkin bisa diperbaiki sedikit?”
Pendekatan Baru (Tegas, Santun, dan Efektif): “Hai [Nama Anggota Tim], saya ingin mendiskusikan deadline proyek. Saya perhatikan bahwa beberapa deadline sebelumnya terlewat, dan saya merasa prihatin karena ini dapat memengaruhi keseluruhan jadwal proyek dan reputasi tim kita. Juga ingin memahami apa saja hambatan yang kamu hadapi dan bagaimana kita bisa bekerja sama untuk memastikan deadline terpenuhi di masa depan. Saya yakin dengan kemampuanmu, dan saya ingin memastikan kita semua berada di jalur yang benar untuk mencapai kesuksesan proyek.”
Perhatikan perbedaannya. Pendekatan kedua menggunakan pernyataan “Saya”, fokus pada dampak, mencari solusi bersama, dan yang terpenting, menunjukkan keyakinan. Ini menyampaikan pesan dengan jelas, santun, tetapi tanpa sedikit pun kesan lemah.






