10 Kesalahan Pola Asuh yang Bikin Anak Dewasa Menjauh dari Orang Tua

10 Kesalahan Pola Asuh yang Bikin Anak Dewasa Menjauh dari Orang Tua
10 Kesalahan Pola Asuh yang Bikin Anak Dewasa Menjauh dari Orang Tua (www.freepik.com)

lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa ada jarak yang tak terlihat antara dirimu dan orang tuamu? Atau mungkin kamu melihat temanmu yang sepertinya enggan pulang ke rumah orang tuanya? Jangan langsung berasumsi bahwa mereka tidak sayang. Ada kemungkinan, pola asuh yang tanpa disadari diterapkan sejak kecil, menjadi penyebabnya.

Pola asuh, layaknya resep rahasia dalam masakan, menentukan rasa akhir dari sebuah hubungan. Sayangnya, tidak semua resep menghasilkan hidangan yang lezat. Beberapa justru meninggalkan rasa pahit yang sulit dilupakan. Mari kita bahas beberapa kesalahan pola asuh yang seringkali tidak disadari, namun dampaknya bisa membuat anak dewasa menjauh dari orang tuanya.

1. Komunikasi Satu Arah: “Pokoknya, Kamu Harus…”

Pernahkah kamu merasa pendapatmu tidak pernah didengar? Atau setiap kali ingin berbicara, yang kamu dapatkan hanyalah perintah dan nasihat tanpa akhir? Inilah yang disebut komunikasi satu arah. Orang tua yang menerapkan pola ini cenderung menganggap diri mereka sebagai pemegang otoritas tunggal.

Padahal, komunikasi yang sehat adalah dua arah. Mendengarkan pendapat anak, bahkan ketika mereka masih kecil, adalah bentuk penghargaan yang sangat berarti. Ini bukan hanya tentang memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara, tetapi juga tentang menunjukkan bahwa pendapat mereka dihargai. Sebuah studi dari Universitas Harvard menunjukkan bahwa anak-anak yang merasa didengar oleh orang tua mereka cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi dan kemampuan komunikasi yang lebih baik di masa dewasa.

2. Kontrol Berlebihan: “Semua Harus Sesuai Keinginanku”

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya sukses? Namun, keinginan yang berlebihan seringkali berubah menjadi kontrol yang mencekik. Mulai dari memilihkan jurusan kuliah, mengatur pertemanan, hingga menentukan karir, semua harus sesuai dengan keinginan orang tua.

Kontrol berlebihan ini, meskipun dilandasi niat baik, bisa membuat anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya sendiri. Mereka merasa seperti robot yang diprogram untuk memenuhi ekspektasi orang tua. Akibatnya, mereka bisa menjadi pribadi yang tidak mandiri, kurang percaya diri, dan rentan terhadap stres.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Adolescence menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang terlalu mengontrol cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi di masa dewasa. Mereka juga lebih mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

3. Kritik yang Meruntuhkan: “Kamu Tidak Akan Pernah Bisa…”

Setiap orang tua pasti pernah mengkritik anaknya. Namun, ada perbedaan besar antara kritik yang membangun dan kritik yang meruntuhkan. Kritik yang membangun bertujuan untuk membantu anak memperbaiki diri, sedangkan kritik yang meruntuhkan justru menghancurkan kepercayaan diri mereka.

Kata-kata seperti “Kamu tidak akan pernah bisa…” atau “Kamu selalu salah…” bisa meninggalkan luka yang dalam di hati anak. Mereka merasa tidak berharga dan tidak dicintai. Akibatnya, mereka bisa menjadi pribadi yang pesimis, takut mencoba hal baru, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.

4. Kurang Empati: “Sudah, Jangan Cengeng!”

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Sayangnya, tidak semua orang tua memiliki kemampuan ini. Mereka cenderung mengabaikan atau meremehkan perasaan anak, terutama ketika anak sedang sedih atau kecewa.

Kurangnya empati ini bisa membuat anak merasa tidak dipahami dan tidak dicintai. Mereka belajar untuk memendam perasaan mereka sendiri, yang pada akhirnya bisa berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Sebuah studi dari Universitas California, Berkeley, menemukan bahwa orang tua yang memiliki tingkat empati yang tinggi cenderung memiliki hubungan yang lebih dekat dan harmonis dengan anak-anak mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *