lombokprime.com – Gangguan perilaku pada anak sering kali menjadi topik yang memicu kekhawatiran dan kebingungan bagi banyak orang tua. Sayangnya, masih banyak mitos yang beredar tentang gangguan perilaku anak, yang justru dapat menghambat penanganan yang tepat. Artikel ini akan membahas 7 mitos keliru yang masih dipercaya banyak orang tua, serta memberikan fakta dan solusi yang akurat untuk membantu Anda memahami kondisi ini dengan lebih baik.
Mitos 1: Gangguan Perilaku Hanya Terjadi pada Anak yang Kurang Didikan
Banyak orang tua percaya bahwa gangguan perilaku pada anak adalah hasil dari pola asuh yang buruk atau kurangnya disiplin. Namun, faktanya, gangguan perilaku seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), gangguan kecemasan, atau autisme tidak disebabkan oleh pola asuh yang salah. Menurut American Psychological Association (APA), gangguan perilaku sering kali dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan perkembangan otak.
Menganggap bahwa orang tua adalah penyebab utama hanya akan menambah beban emosional dan menghambat upaya mencari solusi yang tepat. Alih-alih menyalahkan diri sendiri, orang tua perlu mencari bantuan profesional untuk memahami dan menangani kondisi anak dengan lebih baik.
Mitos 2: Anak Akan Mengatasi Gangguan Perilaku Seiring Bertambahnya Usia
Beberapa orang tua berharap bahwa gangguan perilaku anak akan hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia. Namun, ini adalah anggapan yang keliru. Tanpa penanganan yang tepat, gangguan perilaku dapat berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi kehidupan sosial, akademis, serta karier anak di masa depan.
Contohnya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan terapi atau dukungan yang tepat mungkin akan kesulitan mengelola waktu, fokus, atau emosi saat dewasa. Oleh karena itu, penting untuk segera mencari bantuan profesional jika Anda melihat tanda-tanda gangguan perilaku pada anak.
Mitos 3: Gangguan Perilaku Hanya Terjadi pada Anak Laki-Laki
Mitos ini muncul karena gangguan seperti ADHD lebih sering terdiagnosis pada anak laki-laki daripada perempuan. Namun, faktanya, anak perempuan juga bisa mengalami gangguan perilaku, hanya saja gejalanya mungkin berbeda. Misalnya, anak perempuan dengan ADHD cenderung lebih sulit fokus dan kurang hiperaktif dibandingkan anak laki-laki, sehingga sering kali terlewatkan.
Mengabaikan gangguan perilaku pada anak perempuan hanya karena stereotip gender dapat menghambat perkembangan mereka. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengenali gejala gangguan perilaku tanpa memandang jenis kelamin.
Mitos 4: Gangguan Perilaku Adalah Bentuk Manipulasi Anak untuk Mendapatkan Perhatian
Beberapa orang tua menganggap bahwa perilaku anak yang sulit diatur adalah bentuk manipulasi untuk mendapatkan perhatian. Padahal, gangguan perilaku seperti tantrum, agresivitas, atau kesulitan mengikuti aturan sering kali merupakan cara anak mengekspresikan ketidakmampuannya mengelola emosi atau situasi tertentu.
Alih-alih menganggapnya sebagai manipulasi, orang tua perlu memahami bahwa anak dengan gangguan perilaku membutuhkan dukungan dan bimbingan untuk belajar mengelola emosi dan perilakunya. Pendekatan yang empatik dan penuh kesabaran akan jauh lebih efektif daripada menghukum atau mengabaikan anak.
Mitos 5: Gangguan Perilaku Hanya Terjadi pada Anak dari Keluarga Bermasalah
Mitos ini mengaitkan gangguan perilaku dengan latar belakang keluarga yang bermasalah, seperti perceraian, kekerasan, atau kemiskinan. Meskipun faktor lingkungan dapat memengaruhi perkembangan anak, gangguan perilaku juga bisa terjadi pada anak dari keluarga yang harmonis dan stabil.






