4. Kesulitan Konsentrasi dan Penurunan Prestasi Akademik
Perubahan fokus dan penurunan nilai di sekolah seringkali diinterpretasikan sebagai kemalasan atau kurangnya motivasi. Padahal, trauma secara signifikan dapat memengaruhi fungsi kognitif.
Ketika seseorang mengalami trauma, otaknya cenderung berfokus pada kelangsungan hidup dan kewaspadaan, sehingga sulit untuk mengalihkan perhatian pada tugas-tugas akademik yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Mereka mungkin sering melamun, mudah terdistraksi, atau merasa sulit memproses informasi baru. Memarahi atau menghukum mereka karena nilai yang buruk justru bisa memperparah keadaan.
Sebaliknya, mendekati mereka dengan pertanyaan “Ada apa? Apa yang bisa Papa/Mama bantu?” dan mungkin mencari bantuan profesional untuk masalah konsentrasi mereka, akan jauh lebih efektif.
5. Perubahan Kebiasaan Makan yang Drastis
Makan terlalu banyak, makan terlalu sedikit, atau mengembangkan kebiasaan makan yang tidak sehat bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Orang tua mungkin melihatnya sebagai masalah disiplin atau kurangnya kontrol diri.
Namun, bagi beberapa remaja, makanan bisa menjadi mekanisme koping untuk mengatasi emosi yang sulit. Makan berlebihan bisa menjadi cara untuk mengisi kekosongan emosional atau meredakan kecemasan, sementara makan terlalu sedikit bisa menjadi upaya untuk mendapatkan kontrol atas sesuatu dalam hidup mereka ketika mereka merasa kehilangan kontrol atas hal lain. Perubahan pola makan yang drastis harus selalu ditanggapi dengan serius dan mungkin memerlukan intervensi profesional.
6. Terlalu Sensitif dan Mudah Tersinggung
Ketika remaja menjadi sangat sensitif terhadap kritik, candaan, atau bahkan komentar biasa, orang tua mungkin berpikir mereka “baperan” atau terlalu dramatis. Namun, trauma seringkali membuat individu menjadi sangat rentan dan merasa tidak aman.
Setiap perkataan atau tindakan yang sedikit negatif bisa terasa seperti ancaman atau serangan, membangkitkan kembali rasa sakit yang tersembunyi. Mereka mungkin membangun tembok pertahanan diri, dan setiap kali tembok itu disentuh, mereka bereaksi dengan sensitivitas yang berlebihan.
Pendekatan yang sabar, lembut, dan penuh empati adalah kunci. Hindari komentar yang merendahkan atau meremehkan perasaan mereka. Validasi emosi mereka, bahkan jika Anda tidak sepenuhnya memahaminya.
7. Melakukan Perilaku Berisiko atau Impulsif
Mencoba hal-hal baru yang berbahaya, seperti terlibat dalam pergaulan bebas, penyalahgunaan zat, atau perilaku sembrono lainnya, seringkali dianggap sebagai bentuk pemberontakan atau pencarian jati diri yang salah arah.
Namun, dalam banyak kasus, perilaku berisiko ini adalah cara remaja untuk melarikan diri dari rasa sakit, mati rasa dari trauma, atau mencari sensasi yang bisa mengalihkan perhatian dari penderitaan batin.
Mereka mungkin merasa bahwa hidup mereka tidak berarti, atau mereka tidak punya apa-apa lagi untuk rugikan. Memahami bahwa ini adalah panggilan minta tolong, bukan sekadar kenakalan, adalah langkah penting.
Alih-alih menghukum secara membabi buta, fokuslah pada menciptakan lingkungan yang aman, memberikan dukungan, dan mencari bantuan profesional untuk mengatasi akar masalah.
8. Menarik Diri dari Hobi atau Aktivitas yang Dulu Disukai
Dulu remaja Anda mungkin sangat bersemangat dengan hobinya, entah itu bermain musik, olahraga, atau seni. Lalu tiba-tiba, minat itu lenyap. Orang tua mungkin menganggap ini sebagai tanda kemalasan atau kurangnya komitmen.
Namun, hilangnya minat pada aktivitas yang dulu disukai bisa menjadi tanda anhedonia, yaitu ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Anhedonia seringkali merupakan gejala depresi dan trauma.
Energi mereka terkuras habis oleh beban emosional yang mereka bawa, sehingga tidak ada lagi energi yang tersisa untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya membangkitkan semangat mereka. Jangan memaksakan mereka untuk kembali melakukan aktivitas tersebut.
Sebaliknya, tunjukkan empati dan coba cari tahu apa yang sebenarnya membuat mereka kehilangan semangat. Mungkin ada cara lain untuk mendukung mereka menemukan kembali kegembiraan dalam hidup.






