Cara Cerdas Bikin Anak Nurut Tanpa Ngomel

Cara Cerdas Bikin Anak Nurut Tanpa Ngomel
Cara Cerdas Bikin Anak Nurut Tanpa Ngomel (www.freepik.com)

lombokprime.com – Omelan mungkin jadi respons spontan saat anak melakukan kesalahan, tapi sebenarnya, anak tidak butuh omelan, mereka butuh dicontohkan. Seringkali, sebagai orang tua atau pengasuh, kita merasa perlu “mengoreksi” setiap tindakan anak dengan teguran atau bahkan ocehan panjang. Namun, tahukah kamu bahwa pendekatan ini justru kurang efektif dan bahkan bisa berdampak negatif pada perkembangan si kecil? Mari kita selami lebih dalam mengapa mencontohkan jauh lebih powerful daripada sekadar mengomel, dan bagaimana kita bisa menerapkan ini dalam keseharian.

Mengapa Omelan Kurang Efektif?

Tentu saja, niat kita baik saat mengomel. Kita ingin anak mengerti, tidak mengulangi kesalahan, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, coba deh ingat-ingat, apakah kamu sendiri suka diomel? Kebanyakan dari kita mungkin akan merasa defensif, kesal, atau bahkan tidak mendengarkan sama sekali. Begitu pula dengan anak-anak.

Omelan sering kali memicu respons negatif pada anak. Mereka bisa merasa malu, takut, tidak percaya diri, atau bahkan dendam. Alih-alih memahami pesan yang ingin kita sampaikan, mereka justru fokus pada nada suara yang tinggi atau ekspresi wajah yang marah.

Akibatnya, pembelajaran tidak terjadi, dan perilaku yang tidak diinginkan bisa terulang lagi. Selain itu, omelan bisa merusak ikatan emosional antara kamu dan anak. Komunikasi yang didominasi teguran justru membuat anak enggan berbagi cerita atau masalah denganmu di kemudian hari.

Mereka mungkin akan mencari cara untuk menghindari omelan, bukan untuk memahami mengapa suatu perilaku itu salah.

Kekuatan Contoh Nyata: Pembelajaran Paling Kuat

Kalau omelan tidak efektif, lalu apa yang harus kita lakukan? Jawabannya ada pada kata kunci yang sudah disebut di awal: dicontohkan. Anak-anak adalah peniru ulung. Mereka belajar paling banyak dari apa yang mereka lihat dan alami secara langsung, bukan dari apa yang mereka dengar dalam bentuk ceramah.

Ini adalah konsep fundamental dalam psikologi perkembangan anak. Otak anak, terutama di usia dini, seperti spons yang menyerap semua informasi dari lingkungannya. Mereka mengamati bagaimana kita berbicara, bagaimana kita bereaksi terhadap situasi sulit, bagaimana kita memperlakukan orang lain, dan bagaimana kita mengatasi emosi.

Membangun Fondasi Perilaku Positif Melalui Teladan

Lantas, bagaimana kita bisa memberikan contoh yang baik dalam berbagai aspek kehidupan anak? Ini bukan berarti kita harus sempurna, tidak pernah salah, atau selalu tenang. Justru, menunjukkan bagaimana kita mengatasi kesalahan atau emosi negatif juga merupakan pelajaran berharga.

Contohkan Empati dan Kebaikan

Salah satu pelajaran terpenting yang bisa kita ajarkan adalah empati. Bayangkan kamu sedang melihat anakmu bertengkar dengan temannya karena memperebutkan mainan. Daripada langsung berteriak “Jangan bertengkar! Berbagi itu indah!”, cobalah tunjukkan bagaimana berempati. Misalnya, “Kakak, lihat, adik sedih karena mainannya diambil.

Coba bayangkan kalau kamu yang ada di posisi adik, bagaimana perasaanmu?” Kemudian, tunjukkan cara menyelesaikan masalah dengan damai. “Bagaimana kalau kalian main bergantian? Atau, bagaimana kalau kita cari mainan lain yang bisa dimainkan bersama?” Dengan begitu, kamu tidak hanya mengajarkan untuk berbagi, tetapi juga mengajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain dan mencari solusi konstruktif.

Contoh lain, saat kamu melihat orang yang kesusahan di jalan, ajak anakmu untuk menghulurkan bantuan jika memungkinkan, atau setidaknya menunjukkan kepedulian. Ini akan membentuk karakter anak yang peduli dan punya hati nurani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *