Jangan Ucapkan Ini ke Anak! Efeknya Bisa Seumur Hidup

Jangan Ucapkan Ini ke Anak! Efeknya Bisa Seumur Hidup
Jangan Ucapkan Ini ke Anak! Efeknya Bisa Seumur Hidup (www.freepik.com)

4. Meremehkan Perasaan dan Mengabaikan Emosi

“Gitu aja nangis, kan cuma jatuh sedikit!” “Jangan lebay deh, kan cuma mainan rusak!” “Kamu kan cowok, masa nangis?”

Ketika kita meremehkan perasaan anak, kita mengajarkan mereka bahwa emosi mereka tidak valid atau tidak penting. Ini bisa membuat mereka kesulitan untuk mengungkapkan perasaan mereka di kemudian hari, memendamnya, atau bahkan merasa malu atas apa yang mereka rasakan. Setiap perasaan, baik itu sedih, marah, frustrasi, atau senang, adalah valid. Bantu anak untuk mengenali dan mengelola emosinya, bukan menolaknya. Validasi perasaan mereka dengan mengatakan, “Ibu tahu kamu sedih karena mainanmu rusak,” lalu bantu mereka mencari solusi atau cara untuk mengatasi kesedihan tersebut.

5. Janji Kosong dan Kebohongan Kecil

“Nanti kalau kamu mau tidur, Ayah belikan mainan baru.” (padahal tidak ada niat membeli) “Kalau kamu minum obat, nanti rasanya manis kayak permen.” (padahal pahit)

Meskipun mungkin terlihat tidak berbahaya, janji kosong dan kebohongan kecil bisa merusak kepercayaan anak pada orang dewasa. Anak-anak belajar dari contoh. Ketika kita tidak menepati janji atau berbohong, kita mengajarkan mereka bahwa berbohong itu boleh atau bahwa kata-kata kita tidak bisa dipegang. Ini bisa berdampak pada kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan. Lebih baik jujur dan jelaskan situasinya, meskipun itu berarti mengecewakan mereka sesaat.

Strategi Berkomunikasi dengan Empati

Mendidik dengan empati bukan berarti kita tidak boleh menegur atau menetapkan batasan. Justru sebaliknya, empati membantu kita menyampaikan pesan dengan cara yang lebih efektif dan membangun.

1. Pilih Kata-kata dengan Bijak: Fokus pada Perilaku, Bukan Pribadi

Alih-alih “Kamu nakal,” katakan “Tindakanmu melempar mainan itu tidak baik karena bisa melukai adik.” Ini membedakan perilaku dari identitas anak, memungkinkan mereka untuk mengubah perilaku tanpa merasa bahwa diri mereka buruk. Gunakan kalimat “Saya” atau “Kita” untuk mengungkapkan perasaan atau keinginan. Contohnya, “Saya merasa sedih ketika kamu berteriak” daripada “Kamu membuat saya marah.” Ini menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab atas emosi kita sendiri dan tidak menyalahkan anak atas perasaan kita.

2. Dengarkan dengan Aktif dan Pahami Perspektif Mereka

Seringkali, anak-anak membutuhkan seseorang untuk mendengarkan mereka tanpa menghakimi. Ketika anak sedang marah, sedih, atau frustrasi, luangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan. Berjongkok setinggi mata mereka, berikan kontak mata, dan tunjukkan bahwa kita peduli. Setelah mereka selesai berbicara, coba ulangi apa yang mereka katakan untuk memastikan kita memahami. “Jadi, kamu merasa kesal karena temanmu mengambil mainanmu?” Ini menunjukkan bahwa kita menghargai perasaan mereka dan berusaha memahami sudut pandang mereka.

3. Berikan Pilihan dan Batasan yang Jelas

Anak-anak butuh batasan untuk merasa aman dan belajar disiplin. Namun, cara kita menyampaikan batasan itu penting. Daripada mengatakan “Jangan lari!” katakan “Kakak, kita berjalan ya di area ini agar tidak tersandung.” Daripada “Kamu harus makan sayur!” katakan “Kamu mau makan brokoli atau wortel hari ini?” Memberikan pilihan dalam batasan yang kita tetapkan memberi anak rasa kontrol dan mengajarkan mereka untuk membuat keputusan yang baik.

4. Pujian yang Spesifik dan Tulus

Pujian adalah alat yang sangat ampuh untuk membangun harga diri anak. Namun, pujian yang umum seperti “Anak pintar!” seringkali kurang efektif. Lebih baik berikan pujian yang spesifik dan tulus. “Wah, Ayah bangga sekali kamu sudah berusaha keras menyelesaikan tugas matematikamu!” atau “Terima kasih sudah membantu Ibu merapikan meja, itu sangat membantu.” Pujian spesifik membantu anak memahami tindakan mana yang dihargai dan mendorong mereka untuk mengulanginya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *