- Hindari perilaku agresif atau merendahkan: Jangan pernah menunjukkan perilaku kasar, baik secara fisik maupun verbal, di depan anak-anak. Hindari juga merendahkan orang lain atau membuat komentar negatif tentang perbedaan.
- Tunjukkan rasa hormat kepada orang lain: Perlakukan semua orang dengan hormat, termasuk pasangan, anggota keluarga lain, teman, dan bahkan orang asing.
- Ajarkan tentang keberagaman dan inklusi: Bicarakan dengan anak tentang pentingnya menghargai perbedaan dan menerima semua orang tanpa terkecuali.
- Kelola emosi dengan baik: Tunjukkan kepada anak bagaimana cara mengelola amarah, frustrasi, atau kekecewaan dengan cara yang sehat dan konstruktif.
3. Mengajarkan Anak tentang Batasan dan Assertiveness
Ayah dapat membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk menetapkan batasan yang sehat. Ini penting agar anak tidak mudah menjadi korban bullying dan juga tidak menjadi pelaku.
- Ajarkan anak untuk mengatakan “tidak”: Latih anak untuk menolak permintaan atau ajakan yang membuat mereka tidak nyaman atau melanggar nilai-nilai mereka.
- Bantu anak mengenali hak-hak mereka: Jelaskan kepada anak bahwa mereka berhak merasa aman, dihormati, dan diperlakukan dengan baik.
- Latih keterampilan komunikasi asertif: Ajarkan anak cara menyampaikan pendapat dan kebutuhan mereka dengan jelas, sopan, dan tanpa bersikap agresif.
- Bangun rasa percaya diri anak: Berikan pujian dan dukungan atas usaha dan pencapaian anak, sekecil apapun. Dorong mereka untuk mencoba hal-hal baru dan mengatasi tantangan.
4. Mengawasi dan Terlibat dalam Kehidupan Sosial Anak
Ayah perlu proaktif dalam memantau lingkungan pergaulan anak, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Kenali teman-teman mereka, aktivitas mereka di sekolah dan di luar sekolah, serta interaksi mereka di media sosial.
- Kenali teman-teman anak: Ajak teman-teman anak bermain di rumah atau ikut dalam kegiatan keluarga. Ini akan memberi Anda kesempatan untuk mengamati interaksi mereka.
- Pantau aktivitas online anak: Bicarakan dengan anak tentang keamanan online dan etika berinternet. Ketahui platform media sosial yang mereka gunakan dan awasi interaksi mereka.
- Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah: Hadiri acara sekolah, pertemuan orang tua dan guru, atau menjadi sukarelawan dalam kegiatan sekolah. Ini akan menunjukkan dukungan Anda kepada anak dan memberi Anda informasi tentang lingkungan sekolah mereka.
- Perhatikan perubahan perilaku anak: Waspadai perubahan suasana hati, kebiasaan tidur, nafsu makan, atau minat anak yang tiba-tiba. Ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka sedang mengalami masalah, termasuk bullying.
5. Bertindak Tegas Ketika Mengetahui Anak Terlibat dalam Bullying
Jika Anda mengetahui bahwa anak Anda menjadi korban bullying, jangan ragu untuk mengambil tindakan. Bicarakan dengan pihak sekolah, laporkan kejadian tersebut, dan pastikan anak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan.
- Dengarkan cerita anak dengan tenang: Jangan panik atau menyalahkan anak. Dengarkan cerita mereka dengan tenang dan penuh perhatian.
- Kumpulkan bukti: Jika memungkinkan, kumpulkan bukti-bukti bullying, seperti pesan teks, tangkapan layar media sosial, atau catatan kejadian.
- Laporkan ke pihak sekolah: Hubungi guru atau pihak sekolah dan sampaikan informasi yang Anda miliki. Bekerja sama dengan sekolah untuk menyelesaikan masalah ini.
- Cari dukungan profesional: Jika anak mengalami trauma yang mendalam, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor.
Tidak hanya ketika anak menjadi korban, ayah juga perlu bertindak tegas jika mengetahui anak menjadi pelaku bullying. Ini adalah kesempatan untuk mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka.






