“Biasa aja…”
Ungkapan “biasa aja…” sering digunakan untuk merespons pujian atau pertanyaan tentang suatu pengalaman. Meskipun maksudnya mungkin untuk merendah atau tidak ingin terlihat sombong, terlalu sering menggunakannya bisa memberikan kesan bahwa kita kurang menghargai pencapaian diri sendiri atau bahkan meremehkan orang lain.
Mengapa ini bisa membuat kita terlihat kurang cerdas?
- Kurang Menghargai Diri Sendiri: Terlalu sering mengatakan “biasa aja…” bisa mengindikasikan bahwa kita tidak mengakui atau menghargai usaha dan pencapaian kita.
- Terkesan Tidak Antusias: Ketika menceritakan pengalaman yang seharusnya menyenangkan, respons “biasa aja…” bisa membuat kita terlihat tidak antusias atau bahkan membosankan.
- Meremehkan Orang Lain: Terkadang, “biasa aja…” bisa diartikan sebagai meremehkan pencapaian orang lain, terutama jika diucapkan dengan nada yang kurang tepat.
Alternatif yang Lebih Baik:
- “Terima kasih!” (jika menerima pujian)
- “Saya senang bisa melakukannya.”
- “Pengalaman yang menarik!”
- “Saya belajar banyak dari proses ini.”
- Ceritakan pengalaman dengan detail yang menarik tanpa perlu merendah secara berlebihan.
Menunjukkan apresiasi terhadap diri sendiri dan orang lain akan membuat kita terlihat lebih positif dan menarik.
“Nggak tahu…”
Tentu saja, ada saatnya kita memang tidak tahu jawaban atas suatu pertanyaan. Namun, terlalu sering menjawab dengan “nggak tahu…” bisa memberikan kesan bahwa kita kurang berusaha mencari informasi atau kurang memiliki pengetahuan umum.
Mengapa ini bisa membuat kita terlihat kurang cerdas?
- Terlihat Tidak Berpengetahuan: Jika kita sering menjawab “nggak tahu…” untuk pertanyaan-pertanyaan umum, ini bisa membuat kita terlihat kurang memiliki wawasan.
- Kurang Inisiatif: Terlalu sering menggunakan frasa ini bisa mengindikasikan bahwa kita tidak memiliki inisiatif untuk mencari tahu atau belajar hal baru.
- Menghindari Tanggung Jawab: Terkadang, orang menggunakan “nggak tahu…” untuk menghindari pertanyaan yang mereka anggap sulit atau tidak nyaman.
Alternatif yang Lebih Baik:
- “Saya kurang yakin dengan jawabannya saat ini.”
- “Saya perlu mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.”
- “Saya belum familiar dengan topik ini.”
- “Mari kita cari tahu bersama.”
- Jika memungkinkan, segera cari tahu jawabannya setelah percakapan.
Menunjukkan keinginan untuk belajar dan mencari informasi akan memberikan kesan yang lebih positif.
“Mungkin…”
Mirip dengan “kayaknya,” ungkapan “mungkin…” juga menunjukkan ketidakpastian. Dalam beberapa situasi, mengakui ketidakpastian adalah hal yang wajar. Namun, terlalu sering menggunakannya, terutama ketika kita seharusnya memiliki kepastian, bisa merusak kredibilitas kita.
Mengapa ini bisa membuat kita terlihat kurang cerdas?
- Kurang Yakin dengan Informasi: Terlalu sering menggunakan “mungkin…” bisa mengindikasikan bahwa kita tidak yakin dengan apa yang kita katakan atau tidak memiliki informasi yang akurat.
- Kurang Tegas dalam Mengambil Keputusan: Dalam konteks pengambilan keputusan, terlalu banyak menggunakan “mungkin…” bisa membuat kita terlihat ragu-ragu dan tidak memiliki visi yang jelas.
- Menghindari Komitmen: Terkadang, orang menggunakan “mungkin…” untuk menghindari komitmen atau janji yang pasti.
Alternatif yang Lebih Baik:
- “Kemungkinan besar…” (jika memang ada sedikit keraguan)
- “Saya yakin…” (jika memiliki informasi yang kuat)
- “Saya akan berusaha…” (jika ingin menunjukkan komitmen)
- “Berdasarkan data yang saya miliki…”
Berusaha untuk memberikan jawaban atau keputusan yang lebih pasti akan meningkatkan kepercayaan orang lain terhadap kita.






