3. Gunakan Bahasa yang Hidup dan Spesifik
Klise sering muncul karena penulis menggunakan bahasa yang terlalu umum. Kata-kata seperti “indah,” “luar biasa,” atau “sangat menyentuh” terdengar kuat, tetapi sebenarnya tidak memberi gambaran yang jelas.
Coba ganti dengan deskripsi konkret. Daripada menulis “pemandangannya sangat indah,” kamu bisa menulis “langit sore berubah jingga keemasan, dan angin membawa aroma laut yang lembut.” Kalimat ini tidak hanya menghindari klise, tetapi juga menyalakan imajinasi pembaca.
Semakin spesifik bahasa yang digunakan, semakin kuat kesan yang ditinggalkan. Pembaca tidak ingin diberitahu apa yang harus dirasakan, mereka ingin merasakan sendiri melalui detail yang kamu berikan.
4. Eksperimen dengan Struktur dan Gaya Cerita
Banyak klise muncul karena struktur tulisan yang terlalu aman. Misalnya, pembuka – konflik – penyelesaian yang terlalu rapi. Untuk membuat tulisanmu terasa segar, cobalah bereksperimen dengan cara bercerita.
Kamu bisa memulai dari tengah peristiwa, menggunakan narasi balik, atau bahkan menulis dari sudut pandang yang tidak disangka, seperti benda mati atau hewan. Dalam tulisan opini, kamu bisa memecah pola dengan menyelipkan kisah reflektif atau dialog batin yang menggugah.
Eksperimen semacam ini tidak hanya menghindarkanmu dari klise, tetapi juga melatih kepekaan gaya menulis. Pembaca yang terbiasa dengan struktur umum akan merasa terkejut — dan itu hal yang baik selama kamu tetap menjaga kejelasan dan makna.
5. Jangan Takut Menulis dengan Kejujuran
Kejujuran adalah obat paling ampuh melawan klise. Banyak penulis terjebak pada keinginan untuk terdengar sempurna, padahal justru keaslianlah yang membuat tulisan hidup.
Tulisan yang jujur tidak selalu mulus. Kadang penuh keraguan, kadang bertentangan dengan pandangan umum. Tapi di situlah kekuatannya. Misalnya, daripada menulis “semua orang bisa sukses kalau bekerja keras,” kamu bisa menulis “kerja keras penting, tapi kadang keberuntungan dan waktu juga punya peran.” Kalimat seperti ini lebih realistis dan terasa manusiawi.
Pembaca bisa merasakan ketulusan di balik kata-kata, dan itu jauh lebih kuat dibanding kata-kata manis yang diulang tanpa makna.
6. Gunakan Klise Secara Sadar untuk Efek Tertentu
Menariknya, klise tidak selalu harus dihapus. Dalam beberapa kasus, klise bisa digunakan dengan sengaja untuk efek humor, ironi, atau kontras. Kuncinya adalah kesadaran.
Misalnya, kamu bisa menulis, “Dia benar-benar percaya waktu akan menyembuhkan semua luka — sampai menyadari jamnya berhenti.” Kalimat ini menggunakan klise, tetapi membalikkan maknanya dengan cara cerdas. Pembaca akan tersenyum, karena mereka mengenali pola lama yang diubah menjadi sesuatu yang baru.
Penggunaan klise yang sadar menunjukkan kematangan seorang penulis. Artinya, kamu tidak sekadar menghindari, tapi mampu memainkannya sesuai tujuan.
7. Latih Kepekaan dengan Banyak Membaca dan Mengamati
Tidak ada cara yang lebih baik untuk menghindari klise selain terus membaca dan memperluas wawasan. Saat kamu banyak membaca karya dari berbagai genre dan budaya, kamu akan terbiasa mengenali pola yang berulang sekaligus menemukan gaya baru yang segar.
Selain membaca, amati kehidupan nyata di sekitarmu. Dunia penuh dengan cerita unik yang belum pernah ditulis siapa pun. Setiap percakapan, kebiasaan kecil, atau momen sederhana bisa menjadi sumber inspirasi yang orisinal.
Menulis yang kuat selalu berangkat dari pengamatan yang tajam. Semakin banyak kamu mengamati, semakin mudah menemukan sudut pandang baru yang jauh dari klise.






