Stres Kerja Perempuan: Bekerja, Mengasuh, dan Tersenyum

Stres Kerja Perempuan: Bekerja, Mengasuh, dan Tersenyum
Stres Kerja Perempuan: Bekerja, Mengasuh, dan Tersenyum (www.freepik.com)

lombokprime.com – Stres kerja perempuan seringkali datang dari beban ganda yang tak terlihat ini, sebuah fenomena yang begitu akrab namun jarang dibicarakan secara mendalam. Banyak perempuan modern menghadapi tekanan luar biasa untuk unggul di karier sekaligus memenuhi ekspektasi dalam mengurus rumah tangga dan keluarga. Ini bukan hanya tentang manajemen waktu, tapi juga tentang kesehatan mental dan kesejahteraan yang seringkali terabaikan. Mari kita selami lebih dalam mengapa beban ganda ini begitu membebani dan bagaimana kita bisa menghadapinya.

Mengapa Perempuan Lebih Rentan Mengalami Beban Ganda?

Sejak lama, peran gender telah membentuk ekspektasi sosial terhadap perempuan. Meskipun banyak yang sudah beranjak ke dunia profesional, asumsi bahwa perempuan adalah “manajer rumah tangga” utama masih melekat kuat. Ini bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak belahan dunia. Ekspektasi ini bisa datang dari keluarga, pasangan, bahkan dari diri sendiri. Akibatnya, setelah jam kantor usai, “shift” kedua pun dimulai.

Tuntutan Peran Ganda yang Membebani

Perempuan sering dihadapkan pada dilema: apakah harus fokus pada kemajuan karier atau mendedikasikan lebih banyak waktu untuk keluarga? Pilihan ini seringkali bukan pilihan sama sekali, melainkan sebuah keharusan untuk menjalani keduanya. Dari mempersiapkan sarapan, mengantar anak sekolah, bekerja penuh waktu, hingga mengurus makan malam, cucian, dan tugas rumah lainnya—semua dilakukan dalam satu hari yang sama. Tekanan untuk menjadi “sempurna” di kedua ranah ini menciptakan siklus stres yang tak ada habisnya.

Budaya dan Ekspektasi Sosial

Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, perempuan masih sangat diharapkan untuk menjadi pilar utama dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Ini berarti tanggung jawab domestik seringkali secara otomatis dibebankan kepada mereka, meskipun mereka juga memiliki pekerjaan di luar rumah. Ketika peran-peran ini tidak dibagi secara adil, perempuan seringkali menanggung beban yang jauh lebih berat. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya dukungan struktural, baik dari tempat kerja maupun dari lingkungan sosial, yang mengakui dan mendukung perempuan dalam menyeimbangkan dua dunia ini.

Dampak Stres Kerja Perempuan Akibat Beban Ganda

Beban ganda ini bukan hanya sekadar “banyak pekerjaan,” tetapi juga memiliki dampak serius pada fisik dan mental. Efeknya bisa merambat ke berbagai aspek kehidupan, dari produktivitas kerja hingga hubungan personal.

Kesehatan Mental yang Terancam

Stres kronis adalah pintu gerbang menuju masalah kesehatan mental yang lebih serius. Kecemasan, depresi, dan burnout adalah beberapa dampak paling umum dari beban ganda. Ketika seseorang terus-menerus merasa tertekan, lelah, dan tidak memiliki waktu untuk diri sendiri, kesehatan mentalnya pasti akan terganggu. Gejala seperti sulit tidur, mudah tersinggung, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai, dan perasaan tidak berdaya bisa menjadi tanda-tanda awal.

Penurunan Kualitas Hidup dan Hubungan

Ketika energi dan waktu habis untuk pekerjaan dan rumah tangga, seringkali tidak ada lagi yang tersisa untuk hal-hal yang sebenarnya penting: waktu berkualitas dengan pasangan, anak-anak, teman, atau bahkan sekadar hobi pribadi. Hal ini bisa menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Hubungan pribadi juga bisa tegang karena kurangnya waktu dan energi untuk memelihara kedekatan. Perasaan bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik di salah satu ranah juga menambah beban emosional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *