lombokprime.com – Jika Anda sering terbangun hingga larut malam dan menemukan diri Anda meraih keripik, biskuit, atau bahkan mie instan, Anda tidak sendiri. Fenomena ini jauh lebih kompleks dari sekadar rasa lapar biasa; ada penjelasan psikologis mendalam yang berperan di balik dorongan untuk mengonsumsi camilan kurang sehat saat jam tidur seharusnya tiba. Mari kita telusuri bersama mengapa tubuh dan pikiran kita seolah-olah bersekongkol untuk mencari kenyamanan dalam makanan saat mata masih terjaga di tengah malam.
Kurang Tidur dan Perang Hormon: Leptin, Ghrelin, dan Kortisol yang Bertumbukan
Saat kita kurang tidur, tubuh kita mengalami gejolak hormon yang signifikan, dan ini adalah salah satu alasan utama di balik keinginan untuk ngemil makanan tak sehat. Dua hormon utama yang berperan dalam mengatur nafsu makan kita adalah leptin dan ghrelin.
Leptin adalah hormon yang memberi sinyal kenyang pada otak. Ketika kita tidur cukup, kadar leptin kita tinggi, memberi tahu tubuh bahwa kita sudah kenyang. Sebaliknya, ghrelin adalah “hormon lapar” yang memicu keinginan untuk makan. Ketika kita kurang tidur, kadar leptin cenderung turun, sementara kadar ghrelin melonjak. Bayangkan saja, tubuh Anda mengirim sinyal “Saya masih lapar!” secara lebih agresif, bahkan ketika Anda mungkin tidak benar-benar membutuhkan kalori ekstra.
Selain itu, kurang tidur juga memicu peningkatan produksi kortisol, yang sering disebut sebagai “hormon stres”. Peningkatan kortisol tidak hanya membuat kita merasa cemas atau tegang, tetapi juga dapat memicu keinginan untuk makanan tinggi gula dan lemak. Ini adalah respons evolusioner tubuh untuk mencari energi cepat saat merasa terancam atau stres. Jadi, ketika Anda begadang dan kadar kortisol Anda tinggi, otak Anda secara alami akan mencari “solusi cepat” dalam bentuk makanan yang padat energi dan seringkali kurang sehat.
Otak yang Lelah dan Pengambilan Keputusan yang Buruk
Tahukah Anda bahwa otak yang lelah tidak berfungsi seoptimal otak yang segar? Ini adalah faktor krusial lainnya dalam menjelaskan mengapa pilihan makanan kita memburuk saat begadang. Bagian otak yang bertanggung jawab atas penalaran, pengambilan keputusan, dan kontrol impuls adalah korteks prefrontal. Ketika kita kurang tidur, aktivitas di korteks prefrontal menurun secara signifikan.
Bayangkan saja, ketika Anda kurang tidur, kemampuan otak Anda untuk berpikir jernih dan membuat pilihan yang rasional menjadi terganggu. Anda menjadi lebih rentan terhadap godaan dan kurang mampu menolak keinginan mendadak. Dorongan untuk makan makanan yang memberikan kepuasan instan, seperti yang tinggi gula dan lemak, menjadi lebih sulit untuk ditahan. Alih-alih memikirkan konsekuensi jangka panjang atau pilihan yang lebih sehat, otak yang lelah cenderung mencari jalan termudah menuju kenikmatan sesaat. Ini seperti autopilot yang mengarahkan Anda ke opsi terlezat tanpa banyak pertimbangan.
Pergeseran Ritme Sirkadian dan Jam Biologis yang Kacau
Tubuh kita memiliki jam internal yang sangat presisi, yang dikenal sebagai ritme sirkadian. Ritme ini mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk siklus tidur-bangun, metabolisme, dan bahkan nafsu makan. Ketika kita begadang, kita secara efektif mengganggu ritme sirkadian ini.
Idealnya, tubuh kita diprogram untuk beristirahat dan tidak makan banyak saat malam hari. Namun, ketika kita terjaga di luar jam normal, tubuh kita bingung. Proses metabolisme kita melambat di malam hari, yang berarti kalori yang kita konsumsi cenderung disimpan sebagai lemak dengan lebih efisien. Selain itu, gangguan ritme sirkadian juga dapat memengaruhi pelepasan hormon pencernaan dan enzim, membuat proses pencernaan menjadi kurang efisien dan memicu rasa lapar di waktu yang tidak seharusnya. Ini adalah semacam “jet lag” internal yang membuat tubuh meminta nutrisi di saat yang kurang tepat.






