Kamu Makan Karena Lapar atau Stres? Awas Emotional Eating!

Kamu Makan Karena Lapar atau Stres? Awas Emotional Eating!
Kamu Makan Karena Lapar atau Stres? Awas Emotional Eating! (www.freepik.com)

lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa tiba-tiba ingin makan sesuatu, padahal perutmu sebenarnya tidak lapar? Atau mungkin kamu seringkali melahap makanan tanpa benar-benar menyadarinya, sambil menonton serial favorit atauScroll media sosial? Jika iya, bisa jadi kamu sedang berada di persimpangan antara mindful eating dan emotional eating. Kedua konsep ini berkaitan erat dengan cara kita berinteraksi dengan makanan, namun dengan motivasi dan hasil yang sangat berbeda. Yuk, kita telaah lebih dalam untuk mengetahui mana yang tanpa sadar lebih sering kamu lakukan.

Mengenal Lebih Dekat: Apa Itu Mindful Eating?

Mindful eating, atau makan dengan penuh kesadaran, adalah sebuah pendekatan makan yang berfokus pada perhatian penuh terhadap pengalaman makan. Ini bukan hanya soal apa yang kamu makan, tetapi juga bagaimana dan mengapa kamu makan. Saat melakukan mindful eating, kamu akan lebih peka terhadap sinyal lapar dan kenyang dari tubuhmu, serta menghargai setiap suapan makanan.

Beberapa aspek penting dalam mindful eating meliputi:

  • Memperhatikan Rasa Lapar dan Kenyang: Sebelum makan, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku benar-benar lapar secara fisik, atau ada alasan lain yang membuatku ingin makan?” Selama makan, perhatikan sinyal kenyang dari tubuhmu. Berhenti makan saat kamu merasa cukup, bukan terlalu kenyang.
  • Menikmati Setiap Suapan: Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitan. Perhatikan tekstur, aroma, dan rasa makanan. Hindari gangguan seperti televisi, ponsel, atau pekerjaan saat makan.
  • Mengenali Pemicu Makan: Sadari emosi atau situasi apa saja yang seringkali membuatmu ingin makan. Apakah kamu cenderung makan saat sedang stres, bosan, atau bahagia?
  • Tidak Menghakimi Makanan: Mindful eating tidak berarti kamu harus menghindari makanan tertentu. Ini lebih tentang bagaimana kamu berhubungan dengan semua jenis makanan tanpa rasa bersalah atau penyesalan.
  • Menghargai Proses Makan: Sadari dari mana makananmu berasal, bagaimana makanan itu diolah, dan berterima kasih atas nutrisi yang kamu dapatkan.

Sisi Lainnya: Memahami Emotional Eating

Berbeda dengan mindful eating, emotional eating adalah kebiasaan makan untuk mengatasi emosi, bukan karena lapar fisik. Ketika seseorang melakukan emotional eating, makanan seringkali menjadi pelarian atau sumber kenyamanan sementara saat sedang merasa sedih, cemas, marah, bosan, atau bahkan bahagia.

Karakteristik umum dari emotional eating antara lain:

  • Makan Saat Tidak Lapar: Dorongan untuk makan muncul tiba-tiba dan tidak disertai dengan rasa lapar fisik yang sebenarnya.
  • Mencari Kenyamanan dalam Makanan Tertentu: Biasanya, orang yang melakukan emotional eating cenderung mencari makanan yang tinggi gula, garam, atau lemak, yang seringkali disebut sebagai comfort food.
  • Makan dengan Cepat dan Tanpa Sadar: Makanan seringkali dilahap dengan terburu-buru dan tanpa benar-benar dinikmati.
  • Merasa Bersalah Setelah Makan: Setelah makan secara emosional, seringkali muncul perasaan bersalah, menyesal, atau malu.
  • Menggunakan Makanan Sebagai Hadiah atau Hukuman: Terkadang, makanan digunakan sebagai cara untuk menghadiahi diri sendiri setelah melakukan sesuatu yang baik, atau sebagai pelipur lara saat merasa buruk.

Mengapa Kita Terjebak dalam Emotional Eating?

Ada berbagai faktor yang dapat memicu emotional eating. Stres adalah salah satu pemicu utama. Ketika kita merasa tertekan, tubuh akan melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan, terutama terhadap makanan yang tinggi kalori. Selain stres, emosi negatif lainnya seperti kesepian, kecemasan, dan kebosanan juga dapat mendorong kita untuk mencari pelarian dalam makanan.

Menurut data dari American Psychological Association, sekitar 38% orang dewasa melaporkan makan berlebihan atau makan makanan yang tidak sehat sebagai respons terhadap stres. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa emotional eating lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *