Sistem Kekebalan Tubuh Melemah: Rentan Terhadap Penyakit
Tidur adalah waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk memperkuat diri. Saat tidur, tubuh memproduksi sitokin, yaitu protein yang membantu melawan peradangan dan infeksi. Kurang tidur menghambat produksi sitokin, sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah dan rentan terhadap serangan penyakit.
Akibatnya, orang yang kurang tidur lebih mudah sakit, baik penyakit ringan seperti flu dan pilek, maupun penyakit yang lebih serius. Proses penyembuhan pun menjadi lebih lambat karena tubuh tidak memiliki energi dan sumber daya yang cukup untuk melawan penyakit.
Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur secara signifikan meningkatkan risiko terkena infeksi. Sebuah studi yang dipublikasikan di Archives of Internal Medicine menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam per malam memiliki risiko tiga kali lebih besar terkena flu dibandingkan dengan mereka yang tidur 8 jam atau lebih. Selain itu, kurang tidur juga dapat memperburuk kondisi penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung.
Masalah Kulit: Kulit Kusam dan Berjerawat
Kurang tidur juga dapat terlihat dari kondisi kulit. Saat tidur, tubuh memproduksi kolagen, protein yang menjaga elastisitas dan kekenyalan kulit. Kurang tidur menghambat produksi kolagen, sehingga kulit menjadi lebih kusam, kering, dan kehilangan elastisitasnya.
Selain itu, kurang tidur juga dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang dapat memperburuk masalah kulit seperti jerawat, eksim, dan psoriasis. Lingkaran hitam di bawah mata juga merupakan tanda klasik kurang tidur, yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah di bawah kulit tipis area mata akibat kelelahan.
Jika Anda memperhatikan kulit Anda menjadi lebih kusam, berjerawat, atau muncul lingkaran hitam di bawah mata, perbaiki pola tidur Anda. Tidur yang cukup adalah salah satu cara alami untuk menjaga kesehatan dan kecantikan kulit.
Berat Badan Bertambah: Hormon Lapar Jadi Tidak Seimbang
Kurang tidur ternyata juga dapat berkontribusi pada kenaikan berat badan. Hal ini disebabkan oleh gangguan hormon yang mengatur nafsu makan, yaitu ghrelin dan leptin. Ghrelin adalah hormon yang memicu rasa lapar, sedangkan leptin adalah hormon yang memberi sinyal kenyang.
Saat kurang tidur, kadar ghrelin meningkat, membuat Anda merasa lebih lapar dari biasanya. Sebaliknya, kadar leptin menurun, sehingga sinyal kenyang menjadi kurang efektif. Akibatnya, Anda cenderung makan lebih banyak, terutama makanan tinggi kalori dan karbohidrat, untuk mencari energi instan.
Selain itu, kurang tidur juga dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang juga dapat memicu penumpukan lemak di perut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Sleep menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki lingkar pinggang yang lebih besar dan risiko obesitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidur 7-8 jam.
Gangguan Pencernaan: Perut Jadi Tidak Nyaman
Sistem pencernaan juga sangat sensitif terhadap kurang tidur. Kurang tidur dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik dalam usus (mikrobiota usus), yang penting untuk pencernaan yang sehat. Selain itu, kurang tidur juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat gerakan usus, yang dapat memicu berbagai masalah pencernaan.
Beberapa gangguan pencernaan yang mungkin timbul akibat kurang tidur antara lain:
- Sakit Perut dan Kembung: Perut terasa tidak nyaman, kembung, dan nyeri.
- Sembelit atau Diare: Pola buang air besar menjadi tidak teratur, bisa mengalami sembelit atau justru diare.
- Mulas dan Gangguan Asam Lambung: Asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan sensasi terbakar di dada (mulas).
Jika Anda sering mengalami masalah pencernaan tanpa alasan yang jelas, perhatikan pola tidur Anda. Kurang tidur bisa jadi adalah penyebabnya.






