lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa ada yang salah dengan interaksi sosialmu, tapi tidak tahu persis apa? Atau mungkin kamu sering berpikir, “Kok dia baperan banget sih?” Padahal, bisa jadi hal-hal sepele yang tidak kamu sadari justru pernah menyinggung perasaan orang dengan kecerdasan emosional tinggi. Di dunia yang serba cepat dan kadang kurang peka ini, kita sering lupa bahwa di sekitar kita ada individu-individu yang punya radar emosi lebih sensitif, yang sering disebut memiliki kecerdasan emosional (EQ) tinggi. Mereka adalah orang-orang yang biasanya sangat intuitif, peka terhadap suasana hati orang lain, dan punya empati yang mendalam. Nah, karena kepekaan mereka yang luar biasa, beberapa ucapan atau tindakan yang kita anggap remeh bisa jadi sangat membekas di hati mereka.
Bagaimana ini bisa terjadi? Sederhana saja. Orang dengan EQ tinggi cenderung memproses informasi emosional dengan lebih detail dan intens. Mereka tidak hanya mendengar apa yang kamu katakan, tapi juga merasakan nuansa di balik kata-kata itu, membaca ekspresi wajahmu, dan memahami bahasa tubuhmu. Bagi mereka, sebuah candaan yang tidak sensitif atau komentar yang terkesan meremehkan bisa terasa seperti hantaman yang tak terduga. Ini bukan berarti mereka mudah tersinggung atau “baperan” dalam konotasi negatif; justru, ini adalah bukti bahwa mereka sangat terhubung dengan emosi—baik emosi mereka sendiri maupun emosi orang lain.
Mengapa Orang dengan EQ Tinggi Lebih Peka?
Orang dengan kecerdasan emosional tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi. Mereka bukan hanya jago membaca perasaan orang lain, tapi juga sangat sadar akan dinamika emosional dalam diri mereka sendiri. Dalam beberapa penelitian psikologi modern, seperti yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman, EQ ini dianggap sama pentingnya, jika tidak lebih penting, daripada IQ dalam menentukan kesuksesan hidup dan kebahagiaan.
Salah satu alasannya adalah karena mereka cenderung memiliki empati yang mendalam. Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan, seolah-olah kamu berada di posisi mereka. Bagi mereka, melihat seseorang terluka (secuali dari diri sendiri) bisa ikut melukai mereka juga. Oleh karena itu, ketika ada perkataan atau tindakan yang kurang peka, mereka tidak hanya memikirkan dampaknya pada diri mereka, tapi juga pada orang lain yang mungkin mendengarnya atau mengalami situasi serupa. Data dari sebuah studi oleh Harvard Business Review menunjukkan bahwa tim dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kinerja 20% lebih baik dibandingkan tim dengan EQ rata-rata, menunjukkan betapa krusialnya kepekaan ini dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk interaksi sosial.
Candaan yang Dianggap Ringan, Tapi Menyakitkan
Mungkin kamu pernah melontarkan candaan tentang fisik seseorang, hobi mereka yang tidak biasa, atau bahkan keputusan hidup mereka yang berbeda dari kebanyakan orang. Bagi kita, itu mungkin hanya “bercanda” atau “menggoda.” Tapi bagi mereka yang punya EQ tinggi, candaan semacam itu bisa sangat menyakitkan. Mengapa? Karena mereka menyadari bahwa setiap individu memiliki perjuangan dan ketidakamanan mereka sendiri. Candaan yang meremehkan penampilan, misalnya, bisa mengingatkan mereka pada pengalaman body shaming yang mungkin pernah mereka alami atau saksikan.
Contoh spesifik lainnya adalah candaan tentang pekerjaan atau status sosial. Di tengah tren yang semakin menuntut kesuksesan material, banyak orang muda merasa tertekan untuk mencapai standar tertentu. Ketika ada candaan yang seolah meremehkan pilihan karier, gaji, atau bahkan status hubungan seseorang, itu bisa menyinggung orang dengan EQ tinggi karena mereka tahu betapa kerasnya seseorang berjuang dan betapa sensitifnya topik tersebut bagi banyak orang. Mereka tidak melihatnya sebagai sekadar lelucon, melainkan sebagai bentuk penghakiman yang dangkal.






