Kerja Gila? Ini Alasan Masih Muda Rentan Burnout!

Kerja Gila? Ini Alasan Masih Muda Rentan Burnout!
Kerja Gila? Ini Alasan Masih Muda Rentan Burnout! (www.freepik.com)

Batasan yang Kabur dan Kehilangan Diri Sendiri

Orang dengan pola kepribadian ini sering kesulitan menetapkan batasan yang sehat. Mereka takut mengecewakan orang lain, takut dicap egois, atau takut tidak disukai. Akibatnya, mereka sering mengambil beban yang bukan tanggung jawabnya, rela bekerja lembur demi membantu orang lain, atau mengorbankan waktu istirahat dan hobinya sendiri. Lambat laun, perasaan lelah menumpuk karena terus-menerus memberi tanpa mendapatkan recharge yang cukup. Mereka bisa merasa seperti “spasi kosong” yang diisi oleh kebutuhan orang lain, sampai akhirnya lupa apa yang sebenarnya mereka inginkan dan butuhkan. Energi mereka terkuras habis bukan karena pekerjaan mereka sendiri, tetapi karena selalu berusaha memenuhi ekspektasi dan permintaan orang lain. Inilah jalur cepat menuju kelelahan ekstrem dan hilangnya identitas diri, yang merupakan ciri khas burnout.

Pola Kepribadian Ketiga: Si Gila Kontrol (Kontrol Freak)

Kita semua ingin merasa memiliki kendali atas hidup kita, itu wajar. Tapi, bagi si gila kontrol, keinginan untuk mengendalikan segala sesuatu bisa menjadi obsesif. Mereka ingin semuanya berjalan sesuai rencana, sesuai standar mereka, dan seringkali tidak percaya pada kemampuan orang lain. Ini bisa terlihat dari kebiasaan micromanaging dalam tim, kesulitan mendelegasikan tugas, atau kecenderungan untuk mengambil alih segalanya karena merasa “paling bisa”.

Beban Berlebihan dan Kecemasan Konstan

Ketika seseorang berusaha mengendalikan setiap detail, mereka secara otomatis memikul beban yang sangat besar. Mereka merasa bertanggung jawab penuh atas setiap aspek, dan jika ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai harapan, mereka akan merasa sangat stres dan cemas. Mereka sulit melepaskan, bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu mereka urusi. Pikiran mereka selalu dipenuhi oleh “bagaimana jika” dan skenario terburuk. Energi yang seharusnya digunakan untuk hal-hal produktif justru terkuras habis untuk mengkhawatirkan hal-hal di luar kendali mereka. Ini menciptakan lingkaran setan stres, kecemasan, dan kelelahan yang pada akhirnya akan membawa mereka ke gerbang burnout. Ketidakmampuan untuk melepaskan kendali dan mempercayai proses atau orang lain adalah pemicu kuat untuk kelelahan mental.

Pola Kepribadian Keempat: Si Pekerja Keras yang Tak Kenal Henti (Workaholic)

Mungkin ini adalah pola kepribadian yang paling sering dikaitkan dengan burnout. Si pekerja keras yang tak kenal henti atau workaholic mengidentifikasi diri mereka dengan pekerjaan. Bagi mereka, pekerjaan bukan hanya sumber penghasilan, tetapi juga identitas, harga diri, dan bahkan pelarian dari masalah pribadi. Mereka rela mengorbankan waktu tidur, hubungan sosial, dan kesehatan demi pekerjaan. “Istirahat itu buang-buang waktu,” mungkin menjadi salah satu motto mereka.

Hilangnya Keseimbangan Hidup dan Defisit Energi Kronis

Seorang workaholic seringkali tidak memiliki batasan yang jelas antara kehidupan pribadi dan profesional. Pekerjaan merasuki setiap aspek kehidupan mereka. Mereka mungkin merasa bersalah ketika tidak bekerja, atau merasa “tidak berguna” jika tidak terus-menerus produktif. Akibatnya, mereka kehilangan keseimbangan hidup. Waktu untuk bersantai, berolahraga, menjalin hubungan sosial, atau melakukan hobi favorit nyaris tidak ada. Tubuh dan pikiran mereka terus-menerus berada dalam mode “on”, tanpa kesempatan untuk recharge yang memadai. Kurang tidur kronis, pola makan tidak teratur, dan kurangnya aktivitas fisik menjadi teman sehari-hari. Kombinasi ini adalah resep sempurna untuk defisit energi yang kronis, yang akan berujung pada kelelahan fisik, mental, dan emosional parah yang kita kenal sebagai burnout. Mereka mungkin merasa bangga dengan predikat “pekerja keras”, namun di balik itu ada tubuh dan jiwa yang merintih kelelahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *