3. Tantang Pikiran Negatif dengan Logika (Secara Sehat)
Ketika pikiran overthinking muncul, cobalah untuk bertanya pada diri sendiri: “Apakah ada bukti konkret untuk mendukung pikiran ini?”, “Apakah ini interpretasi satu-satunya yang mungkin?”, “Apa kemungkinan skenario lain yang lebih positif atau netral?”.
Ini bukan berarti mengabaikan perasaanmu, melainkan melatih otak untuk tidak langsung melompat pada kesimpulan terburuk. Misalnya, jika kamu overthinking karena seseorang tidak membalas pesanmu, alih-alih langsung berpikir “Mereka tidak menyukaiku,” coba pikirkan: “Mungkin mereka sibuk,” “Mungkin mereka belum melihat pesanku,” atau “Mungkin ada hal lain yang sedang terjadi.” Latihan ini membangun “otot” logikamu untuk melawan distorsi kognitif yang seringkali menyertai luka batin.
4. Tetapkan Batasan dan Batasi Informasi
Jika ada kalimat atau topik tertentu yang sering memicu overthinking, cobalah untuk menetapkan batasan. Ini bisa berarti mengurangi paparan terhadap sumber berita negatif, membatasi interaksi dengan orang-orang yang sering melontarkan komentar pemicu, atau bahkan mematikan notifikasi media sosial.
Batasan ini bukan untuk menghindar, tapi untuk memberimu ruang dan waktu untuk memproses emosi dengan lebih baik. Ingat, menjaga kesehatan mental adalah prioritas. Kamu berhak untuk melindungi dirimu dari pemicu yang berlebihan.
5. Cari Dukungan Profesional
Jika overthinking sudah sangat mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapis atau psikolog bisa membantumu mengidentifikasi luka batin yang mendasari, mengajarkan strategi koping yang sehat, dan membimbingmu melalui proses penyembuhan.
Terapi kognitif-perilaku (CBT) atau terapi berbasis trauma adalah beberapa pendekatan yang terbukti efektif dalam mengatasi overthinking dan luka batin. Ingat, mencari bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan.
Menjadikan Luka Batin sebagai Kekuatan
Meskipun luka batin seringkali terasa seperti beban, sebenarnya ada potensi pertumbuhan yang luar biasa di baliknya. Ketika kita berhasil mengenali dan menyembuhkan luka-luka tersebut, kita tidak hanya membebaskan diri dari overthinking, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih empatik, dan lebih bijaksana.
Pengalaman menghadapi luka batin dan overthinking bisa mengajarkan kita tentang ketahanan, tentang pentingnya validasi diri, dan tentang bagaimana berbelas kasih kepada diri sendiri. Ini adalah perjalanan yang tidak linear, akan ada hari-hari baik dan hari-hari sulit. Namun, setiap langkah kecil menuju kesadaran dan penyembuhan adalah investasi berharga untuk kesejahteraan mental dan emosionalmu.
Ingatlah, kamu lebih dari sekadar luka batinmu. Kamu adalah individu yang kompleks dan berharga, dengan kapasitas luar biasa untuk tumbuh dan menyembuhkan. Saat logika dan luka batin bertabrakan, ini adalah kesempatan bagimu untuk menyatukan keduanya, memahami dirimu lebih dalam, dan akhirnya menemukan kedamaian yang kamu cari. Mulailah hari ini, ambil satu langkah kecil. Apa pun itu, itu adalah awal yang baik. Kamu mampu melakukannya.






