lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa ada yang janggal saat seseorang memujimu, tapi rasanya justru kayak disindir? Atau, ada teman yang bilangnya “santai saja,” tapi gestur tubuh dan nada bicaranya justru menunjukkan sebaliknya?
Nah, bisa jadi kamu sedang berhadapan dengan perilaku pasif-agresif, sebuah cara unik (dan seringkali bikin jengkel) bagi seseorang untuk menyampaikan kritik atau ketidaksetujuan tanpa harus berkonfrontasi langsung.
Fenomena ini, yang seringkali bikin kita bingung dan frustrasi, sebenarnya sangat umum terjadi di berbagai lingkup pergaulan, mulai dari persahabatan, hubungan asmara, hingga lingkungan kerja. Memahami bagaimana orang pasif-agresif beroperasi adalah langkah pertama untuk bisa menghadapinya dengan lebih bijak.
Kenapa Sih Ada Orang Pasif-Agresif?
Sebelum kita bedah lebih jauh, penting untuk sedikit menyelami apa yang melatarbelakangi perilaku pasif-agresif ini. Pada dasarnya, orang yang pasif-agresif seringkali merasa tidak nyaman atau takut untuk mengungkapkan perasaan, ketidaksetujuan, atau kritik secara langsung.
Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma masa lalu, pola asuh, lingkungan yang tidak mendukung ekspresi emosi yang sehat, atau bahkan rasa takut akan konflik. Mereka mungkin khawatir akan reaksi negatif, penolakan, atau merasa tidak akan didengar jika berbicara terus terang.
Akibatnya, alih-alih menghadapi masalah, mereka memilih jalur “memutar” yang lebih aman, tapi sayangnya justru bisa lebih merusak hubungan dalam jangka panjang.
Menurut data dari berbagai riset psikologi sosial, sekitar 3% hingga 5% populasi umum menunjukkan ciri-ciri kepribadian pasif-agresif yang signifikan, meskipun perilaku pasif-agresif sesekali bisa muncul pada siapa saja.
Ironisnya, perilaku ini seringkali tidak disadari oleh pelakunya sendiri, atau bahkan dianggap sebagai cara yang “sopan” untuk menyampaikan ketidakpuasan. Namun, bagi si penerima, dampaknya bisa berupa kebingungan, frustrasi, kemarahan terpendam, hingga rusaknya kepercayaan.
Cara Halus yang Sering Bikin Kita Enggak Sadar
Seringkali, kritik pasif-agresif ini datang dalam balutan yang sangat halus, bahkan samar, sehingga sulit bagi kita untuk langsung mengidentifikasinya sebagai sebuah serangan atau ketidakpuasan. Ini dia tujuh cara halus yang sering digunakan orang pasif-agresif untuk menyampaikan kritik tanpa kamu sadari:
1. Pujian yang Terselubung Kritik (The Backhanded Compliment)
Ini adalah salah satu taktik paling klasik dan sering bikin kita garuk-garuk kepala. Kamu dipuji, tapi ada “tapi” kecil di akhir kalimat yang bikin pujian itu terasa hambar atau justru menyakitkan.
- Contoh nyata: “Wah, presentasimu bagus juga ya, padahal kamu kan tipe yang suka kerja mepet deadline.” Atau, “Bajumu bagus deh, aku nggak nyangka kamu bisa tampil gaya gini.”
- Apa yang terjadi: Secara permukaan, itu pujian. Tapi coba dengar lagi, ada pesan tersembunyi yang meremehkan atau menyiratkan ekspektasi rendah terhadapmu. Mereka seolah memuji, tapi di saat yang sama, mengingatkanmu akan kekuranganmu atau hal yang mereka anggap sebagai kelemahan. Ini bertujuan untuk membuatmu merasa tidak sepenuhnya dihargai atau bahkan meragukan kemampuanmu sendiri.
2. Melupakan atau Menunda Sesuatu yang Penting (The Intentional Forgetfulness/Procrastination)
Ini bukan cuma sekadar lupa beneran. Dalam konteks pasif-agresif, melupakan atau menunda pekerjaan atau janji penting adalah cara untuk menunjukkan ketidaksetujuan atau kemarahan tanpa harus mengatakannya.






