2. Sulit Mengakui Masalah dalam Hubungan
Jika ada masalah dalam hubungan, apakah kamu cenderung menyimpannya rapat-rapat karena takut orang lain akan mengetahui “kekurangan” hubunganmu? Kita semua tahu tidak ada hubungan yang sempurna, namun dorongan untuk mempertahankan citra positif bisa membuat kita menyangkal atau meremehkan masalah-masalah serius. Kamu mungkin bahkan menghindari diskusi jujur dengan pasanganmu tentang masalah tersebut, karena takut menghadapi kenyataan yang pahit.
3. Perasaan Takut Kehilangan “Status” atau Pengakuan
Bayangkan jika hubunganmu berakhir. Apakah yang paling kamu takuti adalah kehilangan pengakuan dari teman-teman atau dicap “gagal” dalam hubungan? Rasa takut kehilangan status sosial sebagai “pasangan yang serasi” atau “pasangan yang patut dicontoh” bisa menjadi beban yang berat, membuat kita tetap bertahan dalam hubungan yang sudah tidak sehat, hanya untuk menghindari penilaian negatif dari lingkungan.
4. Sering Membandingkan Diri dengan Pasangan Lain
Validasi sosial juga seringkali memicu perbandingan. Kamu mungkin sering merasa perlu menunjukkan betapa “lebih baik” hubunganmu dibandingkan hubungan orang lain, atau sebaliknya, merasa tertekan karena melihat pasangan lain yang “terlihat lebih bahagia”. Perbandingan ini bisa memicu rasa tidak aman dan membuatmu semakin terpaku pada validasi eksternal.
Keluar dari Perangkap: Menemukan Kembali Suara Hati
Melepaskan diri dari jeratan validasi sosial memang tidak mudah, tapi sangat mungkin dilakukan. Ini tentang berani menepi sejenak dari hingar bingar opini orang lain dan mendengarkan kembali suara hati kita sendiri.
1. Refleksi Diri yang Jujur
Langkah pertama adalah refleksi diri yang jujur. Luangkan waktu sendirian, jauh dari media sosial dan keramaian. Tanyakan pada dirimu: “Apakah aku bahagia dalam hubungan ini? Apakah aku merasa dicintai dan dihargai apa adanya? Apakah hubungan ini membuatku tumbuh atau justru membatasi diriku?” Jujurlah pada dirimu sendiri, tanpa ada pretensi atau keinginan untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Menulis jurnal bisa sangat membantu dalam proses ini, karena membantu menuangkan pikiran dan perasaan tanpa sensor.
2. Fokus pada Kebutuhan dan Kebahagiaan Pribadi
Ingatlah bahwa kamu adalah pemeran utama dalam hidupmu sendiri. Kebahagiaanmu adalah prioritas utama. Jangan biarkan pandangan orang lain mendikte apa yang seharusnya membuatmu bahagia. Kenali apa yang benar-benar kamu butuhkan dari sebuah hubungan. Apakah itu dukungan, pengertian, komunikasi yang terbuka, atau kebebasan untuk menjadi dirimu sendiri? Prioritaskan kebutuhan-kebutuhan ini di atas keinginan untuk terlihat “sempurna” di mata orang lain.
3. Berani Mengambil Jarak dari Sumber Validasi
Jika media sosial adalah salah satu pemicu utama validasi sosial bagimu, cobalah untuk mengurangi penggunaannya sementara waktu. Hentikan kebiasaan mengunggah setiap momen hubunganmu hanya untuk mendapatkan likes. Berhenti membandingkan dirimu dengan pasangan lain di feed media sosial. Mengambil jarak ini bisa memberimu ruang untuk melihat hubunganmu dari perspektif yang lebih objektif, tanpa tekanan dari ekspektasi virtual.
4. Cari Dukungan dari Lingkaran Terdekat yang Mendukungmu Apa Adanya
Bicarakan perasaanmu dengan orang-orang terdekat yang kamu percaya, yang benar-benar peduli padamu dan bisa memberimu pandangan yang jujur dan suportif. Pilihlah teman atau anggota keluarga yang tidak akan menghakimimu, melainkan mendengarkan dan mendukung keputusanmu, apa pun itu. Mereka bisa menjadi “cermin” yang jujur dan membantumu melihat situasi dengan lebih jernih.






