Waspada! ‘Aku Baik-Baik Saja’ Bisa Jadi Alarm Depresi Tersembunyi

Waspada! ‘Aku Baik-Baik Saja’ Bisa Jadi Alarm Depresi Tersembunyi
Waspada! ‘Aku Baik-Baik Saja’ Bisa Jadi Alarm Depresi Tersembunyi (www.freepik.com)

Sinyal Verbal yang Lebih dari Sekadar Kata-Kata

Selain aspek non-verbal, ada juga petunjuk verbal yang bisa kita tangkap, meskipun kata-kata yang terucap adalah “baik-baik saja”.

Jawaban Singkat dan Menghindar

Ketika seseorang benar-benar baik-baik saja, mereka cenderung akan memberikan jawaban yang lebih detail dan terbuka ketika ditanya. Namun, jika mereka hanya menjawab dengan “ya”, “tidak”, atau “baik-baik saja” tanpa ada elaborasi lebih lanjut, ini bisa menjadi sinyal peringatan. Mereka mungkin mencoba mengakhiri percakapan secepat mungkin untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut.

Perubahan Topik yang Cepat atau Menghindari Kontak Mata

Jika seseorang sering mengubah topik pembicaraan saat kamu mencoba menggali lebih dalam, atau mereka secara konsisten menghindari kontak mata, ini bisa jadi mereka sedang menyembunyikan sesuatu. Menghindari kontak mata adalah mekanisme pertahanan umum ketika seseorang merasa tidak nyaman atau tidak ingin menunjukkan apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Penggunaan Kata-Kata Negatif Terselubung

Kadang, meskipun mereka mengatakan “baik-baik saja”, ada kata-kata atau frasa yang menyiratkan hal lain. Misalnya, “Aku lumayan,” atau “Ya, seperti biasa,” yang diucapkan dengan nada lelah. Atau mereka mungkin menggunakan metafora seperti “rasanya berat” atau “sedikit berantakan” yang sebenarnya adalah upaya untuk mengungkapkan perasaan mereka secara tidak langsung.

Perubahan Perilaku dan Kebiasaan Sehari-hari

Selain sinyal langsung, perubahan dalam kebiasaan dan rutinitas sehari-hari juga bisa menjadi alarm.

Perubahan Pola Tidur dan Makan

Apakah mereka tiba-tiba tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit? Apakah nafsu makan mereka berubah drastis? Orang yang sedang kesulitan seringkali menunjukkan perubahan signifikan dalam pola tidur (insomnia atau hipersomnia) dan kebiasaan makan (makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan). Ini adalah respons tubuh terhadap stres dan kecemasan.

Menarik Diri dari Aktivitas Sosial

Jika seseorang yang biasanya aktif dan suka bersosialisasi tiba-tiba menarik diri dari teman-teman dan aktivitas yang mereka nikmati, ini adalah tanda yang cukup jelas. Mereka mungkin menolak ajakan untuk berkumpul, atau hanya ingin menyendiri. Hal ini bisa jadi karena mereka merasa tidak memiliki energi untuk bersosialisasi, atau merasa tidak nyaman jika harus berpura-pura bahagia di depan orang lain.

Penurunan Kualitas Performa (Pekerjaan/Studi)

Perhatikan apakah ada penurunan kualitas dalam pekerjaan atau studi mereka. Seseorang yang sedang tidak baik-baik saja mungkin kesulitan berkonsentrasi, sering lupa, atau menunjukkan penurunan motivasi yang signifikan. Ini bisa berdampak pada produktivitas dan hasil akhir mereka.

Bagaimana Kita Bisa Merespons dengan Empati?

Mengenali sinyal-sinyal ini hanyalah langkah awal. Yang lebih penting adalah bagaimana kita meresponsnya.

Tawarkan Ruang yang Aman untuk Berbicara

Jangan langsung menghakimi atau memaksa mereka untuk berbicara. Ciptakan ruang yang aman dan nyaman di mana mereka merasa didengar dan diterima apa adanya. Mulailah dengan kalimat seperti, “Aku perhatikan kamu agak berbeda akhir-akhir ini, apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan?” Atau, “Aku di sini untukmu, kapanpun kamu siap berbicara.”

Mendengarkan Lebih dari Sekadar Kata-Kata

Ketika mereka mulai berbicara, dengarkanlah dengan sepenuh hati. Jangan menyela, jangan memberikan nasihat yang tidak diminta, dan jangan mencoba “memperbaiki” masalah mereka. Terkadang, yang mereka butuhkan hanyalah seseorang yang mau mendengarkan tanpa judgement. Validasi perasaan mereka dengan mengatakan, “Aku bisa membayangkan betapa sulitnya itu,” atau “Wajar jika kamu merasa seperti itu.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *