Merasa Super Produktif? Waspada, Bisa Jadi Ini Gejala Bipolar!

Merasa Super Produktif? Waspada, Bisa Jadi Ini Gejala Bipolar!
Merasa Super Produktif? Waspada, Bisa Jadi Ini Gejala Bipolar! (www.freepik.com)

Pola Tidur yang Tak Biasa: Lebih dari Sekadar Insomnia

Masalah tidur sering dikaitkan dengan berbagai kondisi, termasuk stres dan kecemasan. Namun, perubahan pola tidur yang signifikan juga bisa menjadi tanda bipolar yang sering diabaikan.

Selama periode mania atau hipomania, seseorang mungkin mengalami penurunan kebutuhan tidur yang drastis. Mereka bisa tidur sangat sedikit atau bahkan tidak tidur sama sekali selama beberapa hari tanpa merasa lelah. Sebaliknya, selama periode depresi, mereka mungkin tidur terlalu banyak dan tetap merasa lelah.

Perubahan pola tidur yang perlu diwaspadai:

  • Insomnia parah saat suasana hati sedang tinggi: Sulit tidur atau terbangun terlalu dini meskipun merasa berenergi.
  • Hipersomnia (tidur berlebihan) saat suasana hati sedang rendah: Merasa sangat mengantuk dan tidur lebih dari biasanya, tetapi tetap merasa tidak segar.
  • Perubahan drastis dalam jam tidur: Misalnya, tiba-tiba menjadi “orang malam” atau sebaliknya tanpa alasan yang jelas.

Perubahan pola tidur ini tidak hanya merupakan gejala, tetapi juga dapat memicu atau memperburuk episode suasana hati pada penderita bipolar.

Perubahan Pola Pikir dan Bicara yang Signifikan

Selain perubahan suasana hati dan perilaku, bipolar juga dapat memengaruhi pola pikir dan cara berbicara seseorang.

Selama periode mania atau hipomania, pikiran seseorang mungkin terasa sangat cepat dan melompat-lompat dari satu ide ke ide lain (flight of ideas). Mereka mungkin sulit untuk fokus pada satu topik pembicaraan dan seringkali menyela atau menyelesaikan kalimat orang lain. Pembicaraan mereka juga bisa menjadi sangat cepat dan bersemangat.

Sebaliknya, selama periode depresi, pikiran seseorang mungkin terasa lambat dan sulit untuk berkonsentrasi. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membuat keputusan atau mengingat informasi. Pembicaraan mereka juga bisa menjadi pelan dan monoton.

Perubahan pola pikir dan bicara yang sering diabaikan:

  • Pikiran yang berlomba-lomba (racing thoughts): Merasa bahwa pikiran Anda bergerak terlalu cepat dan sulit untuk dikendalikan.
  • Flight of ideas: Melompat dari satu topik pembicaraan ke topik lain tanpa adanya hubungan yang jelas.
  • Distraksi yang mudah: Sulit untuk fokus pada satu hal karena mudah teralihkan oleh rangsangan eksternal.
  • Pembicaraan yang cepat dan berlebihan (pressured speech): Berbicara dengan cepat dan sulit untuk diinterupsi.
  • Perlambatan pikiran dan bicara: Merasa sulit untuk berpikir jernih atau mengungkapkan diri.

Perubahan-perubahan ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja, belajar, dan berinteraksi sosial.

Sensitivitas Berlebihan: Lebih dari Sekadar Perasaan Sensitif

Orang dengan bipolar terkadang menunjukkan sensitivitas emosional yang lebih tinggi dari biasanya. Ini bukan hanya tentang mudah tersinggung atau menangis. Sensitivitas ini bisa muncul dalam berbagai bentuk dan seringkali diabaikan sebagai bagian dari kepribadian.

Selama periode mania atau hipomania, seseorang mungkin menjadi sangat reaktif terhadap kritik atau penolakan, meskipun kecil. Mereka juga mungkin menjadi lebih mudah marah atau frustrasi. Di sisi lain, selama periode depresi, mereka mungkin merasa sangat rentan terhadap perasaan bersalah, tidak berharga, atau putus asa.

Tanda-tanda sensitivitas berlebihan yang perlu diperhatikan:

  • Reaksi emosional yang intens terhadap situasi kecil: Misalnya, menjadi sangat marah atau sedih karena hal sepele.
  • Kesulitan mengelola emosi: Merasa kewalahan oleh emosi sendiri dan sulit untuk menenangkannya.
  • Sensitivitas berlebihan terhadap kritik atau penolakan: Merasa sangat terluka atau marah meskipun kritiknya membangun.
  • Perasaan bersalah atau tidak berharga yang berlebihan: Merasa bertanggung jawab atas hal-hal yang di luar kendali atau merasa tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.

Sensitivitas emosional yang ekstrem ini dapat menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal dan meningkatkan risiko isolasi sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *