Sandwich Generation, Mimpi Kaya Milenial Terancam?

Sandwich Generation, Mimpi Kaya Milenial Terancam?
Sandwich Generation, Mimpi Kaya Milenial Terancam? (www.freepik.com)

lombokprime.com – Fenomena generasi sandwich kini menjadi sorotan, terutama bagi para milenial yang merasakan beban ganda menanggung hidup orang tua sekaligus anak-anak mereka. Apakah kondisi ini benar-benar membuat milenial sulit mencapai kemerdekaan finansial dan kekayaan? Mari kita selami lebih dalam tantangan dan peluang yang ada, serta bagaimana kita bisa mengubah situasi ini menjadi kekuatan.

Memahami Lebih Dekat Fenomena Generasi Sandwich

Istilah generasi sandwich mungkin tidak asing di telinga kita. Ini merujuk pada individu yang terjepit di antara dua generasi, yaitu generasi orang tua yang sudah tidak lagi produktif dan generasi anak-anak yang masih membutuhkan dukungan finansial. Di Indonesia, fenomena ini semakin relevan mengingat budaya kekeluargaan yang kental dan masih banyaknya milenial yang tinggal serumah atau menanggung kebutuhan keluarga besar. Beban finansial yang ditanggung tidak hanya sekadar kebutuhan pokok, tetapi juga biaya pendidikan, kesehatan, hingga gaya hidup yang terus meningkat.

Tentu saja, kondisi ini bukan tanpa alasan. Perubahan zaman, gaya hidup, dan tuntutan ekonomi telah menciptakan tekanan tersendiri. Dulu, mungkin tanggung jawab ini terbagi rata di antara banyak anggota keluarga. Namun kini, dengan dinamika keluarga yang lebih kecil dan mobilitas yang tinggi, beban tersebut seringkali jatuh pada satu atau dua individu saja, dan seringkali itu adalah para milenial yang berada di puncak usia produktif mereka.

Ketika Beban Ganda Membayangi Potensi Milenial

Milenial, generasi yang lahir antara awal 1980-an hingga akhir 1990-an, seringkali diidentikkan dengan generasi yang melek teknologi, adaptif, dan memiliki ambisi besar. Namun, di balik potensi tersebut, ada realitas tantangan finansial yang unik. Mereka tumbuh di era di mana biaya hidup melambung tinggi, harga properti tak terjangkau, dan ketidakpastian ekonomi semakin terasa. Ditambah lagi dengan tanggung jawab sebagai generasi sandwich, impian untuk kaya atau mandiri finansial bisa terasa semakin jauh.

Tekanan untuk memenuhi kebutuhan dua generasi sekaligus bisa sangat menghancurkan semangat. Ada perasaan bersalah jika tidak bisa memenuhi ekspektasi keluarga, di sisi lain ada pula keinginan kuat untuk meraih impian pribadi. Ini adalah pergulatan batin yang tidak mudah, dan seringkali berujung pada stres finansial yang berkepanjangan.

Mengapa Milenial Lebih Rentan Terjebak dalam Cengkraman Generasi Sandwich?

Beberapa faktor spesifik menjadikan milenial lebih rentan terhadap kondisi generasi sandwich ini.

Perubahan Struktur Keluarga dan Ekspektasi Sosial

Dahulu, jumlah anak dalam sebuah keluarga cenderung lebih banyak, sehingga beban dukungan orang tua bisa dibagi rata. Kini, keluarga inti cenderung lebih kecil, menempatkan beban lebih besar pada sedikit anak. Selain itu, ada ekspektasi sosial yang kuat di Indonesia bagi anak untuk berbakti kepada orang tua, yang seringkali diwujudkan dalam bentuk dukungan finansial. Ini bukanlah hal buruk, namun ketika tidak diimbangi dengan perencanaan yang matang, bisa menjadi beban yang berat.

Kondisi Ekonomi yang Berbeda dari Generasi Sebelumnya

Generasi orang tua milenial mungkin menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan biaya hidup yang relatif lebih rendah. Sementara itu, milenial menghadapi tantangan yang berbeda: upah yang mungkin tidak seimbang dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, persaingan kerja yang ketat, dan biaya pendidikan yang terus melonjak. Ini menciptakan jurang antara pendapatan dan pengeluaran yang semakin lebar, membuat menabung dan berinvestasi menjadi lebih sulit.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *