Contoh Nyata Simbol Prestise yang Bergeser
Mari kita bedah beberapa contoh konkret dari simbol-simbol yang mengalami pergeseran ini.
1. Ponsel Emas Bertahta Berlian
Ingat era di mana ponsel dengan lapisan emas atau hiasan berlian begitu populer di kalangan selebriti dan orang kaya baru? Mereka adalah penanda status yang tak terbantahkan. Semakin berkilau, semakin mahal, semakin hebat. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi yang pesat, fokus ponsel bergeser dari sekadar “perhiasan” menjadi “alat cerdas.”
Kini, orang lebih menghargai fitur canggih, performa kamera yang luar biasa, daya tahan baterai, atau desain yang minimalis dan ergonomis. Ponsel yang mencolok dengan hiasan berlebihan seringkali dianggap norak atau ketinggalan zaman. Kecanggihan itu sendiri menjadi simbol prestise, bukan lagi hiasan fisiknya. Kita mencari inovasi, bukan sekadar kemewahan yang mencolok.
2. Tas Tangan dengan Logo Raksasa yang Mencolok
Tas tangan dengan logo merek yang sangat besar dan menonjol dulunya adalah ikon mode dan status. Membawanya berarti Anda adalah bagian dari kelompok elit yang mampu memilikinya. Namun, tren mode terus berputar. Saat ini, banyak desainer dan konsumen beralih ke desain yang lebih understated, elegan, dan fokus pada kualitas material serta keahlian tangan.
Logo yang mencolok kini bisa jadi dianggap berlebihan dan kurang berkelas. Kemewahan sejati bagi banyak orang justru terletak pada kualitas material kulit, jahitan yang rapi, dan desain abadi yang tidak lekang oleh waktu, tanpa perlu berteriak-teriak “ini merek mewah!”. Merek-merek kelas atas pun banyak yang mulai mengurangi penempatan logo secara masif, bergeser ke arah kemewahan yang lebih bisik-bisik, atau “quiet luxury.”
3. Pakaian dengan Merek Terang-Terangan
Mirip dengan tas, pakaian yang terang-terangan memamerkan logo merek besar juga mengalami nasib serupa. Dulu, kaus atau jaket dengan logo merek desainer yang terpampang jelas adalah cara untuk menunjukkan bahwa Anda mampu membeli barang mahal. Sekarang, ini seringkali dianggap sebagai bentuk flexing yang kurang elegan.
Gaya streetwear memang membawa kembali elemen logo besar dalam beberapa konteks, namun ada perbedaan tipis antara tren fashion dan pamer status yang berlebihan. Banyak orang kini memilih pakaian yang berkualitas baik, nyaman, dan memiliki potongan yang bagus, terlepas dari mereknya. Mereka mencari gaya personal, bukan sekadar iklan berjalan untuk sebuah merek.
4. Perhiasan Berlebihan dan Gemerlap
Perhiasan yang sangat besar, berkilauan, dan berlebihan dulunya adalah simbol kekayaan yang tak terbantahkan. Semakin banyak berlian, semakin besar kalungnya, semakin tinggi statusnya. Namun, kini ada kecenderungan ke arah perhiasan yang lebih minimalis, berkelas, dan memiliki makna personal.
Perhiasan warisan keluarga, desain unik dari pengrajin lokal, atau perhiasan dengan batu permata yang memiliki makna tertentu, seringkali dianggap lebih berharga daripada sekadar perhiasan yang mencolok dan mahal. Kualitas, desain, dan cerita di baliknya lebih dihargai daripada sekadar kilauan semata.
Adaptasi Merek Mewah: Belajar dari Pergeseran Persepsi
Merek-merek mewah sendiri tidak diam saja melihat pergeseran ini. Mereka beradaptasi. Banyak dari mereka mulai menekankan warisan, keahlian, keberlanjutan, dan pengalaman pelanggan. Mereka memahami bahwa kemewahan sejati bukanlah tentang pamer, tetapi tentang kualitas, keunikan, dan makna.
Mereka juga mulai berinvestasi dalam menciptakan pengalaman eksklusif bagi pelanggan, bukan sekadar menjual produk. Ini bisa berupa acara privat, layanan personalisasi, atau akses ke komunitas tertentu. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan, di mana nilai-nilai merek lebih dari sekadar harga. Ini adalah langkah cerdas untuk tetap relevan di tengah perubahan persepsi.






