lombokprime.com – Pernahkah kamu berpikir, mengapa simbol gaya hidup mewah yang sering kita lihat di media sosial atau iklan begitu diagung-agungkan? Mobil sport terbaru, tas desainer branded, liburan ke tempat eksotis, atau jam tangan mahal seringkali digambarkan sebagai puncak kesuksesan dan kebahagiaan. Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah benar begitu? Bagi sebagian besar orang, terutama mereka yang sedang berjuang secara finansial, semua “simbol” ini mungkin hanya terdengar seperti omong kosong belaka, bahkan bisa jadi sumber frustrasi.
Kita hidup di era di mana citra adalah segalanya. Media sosial menjadi panggung utama, di mana setiap orang berlomba-lomba memamerkan kehidupan “sempurna” mereka. Seolah-olah, nilai diri kita diukur dari seberapa banyak barang mahal yang kita miliki, atau seberapa sering kita bisa plesiran ke luar negeri. Namun, di balik gemerlap dunia maya, ada realitas pahit yang sering terlupakan: tidak semua orang punya privilese untuk hidup seperti itu. Banyak orang harus berjuang keras setiap hari hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, apalagi memikirkan barang-barang mewah.
Ketika Prioritas Bergeser: Dari “Ingin” Menjadi “Butuh”
Coba bayangkan, seseorang yang sedang kesulitan mencari nafkah untuk keluarganya. Setiap hari, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan: bagaimana besok bisa makan? Bagaimana caranya agar anak-anak bisa tetap sekolah? Di tengah semua tekanan ini, apakah mereka akan peduli dengan model iPhone terbaru atau merek sepatu yang sedang hits? Tentu saja tidak. Prioritas hidup mereka bergeser drastis dari “ingin” menjadi “butuh”. Kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan jauh lebih penting daripada sekadar simbol status.
Ketika seseorang harus memutar otak agar dapur tetap ngebul, konsep “gaya hidup mewah” terasa absurd. Sebuah tas mahal mungkin hanya dilihat sebagai selembar kain yang harganya tidak masuk akal, padahal uang sebanyak itu bisa digunakan untuk membeli beras berkarung-karung. Liburan ke luar negeri? Mungkin hanya mimpi indah yang mustahil terwujud, ketika tiket bus untuk pulang kampung saja sudah terasa berat di ongkos. Perspektif ini bukan karena mereka tidak punya selera, melainkan karena realitas hidup mereka menuntut prioritas yang berbeda.
Jebakan Perbandingan Sosial: Memiskinkan Jiwa, Bukan Cuma Raga
Media sosial, dengan segala kelebihannya, juga punya sisi gelap. Kita jadi sering membandingkan diri dengan orang lain. Melihat postingan teman yang sedang liburan di Santorini atau pamer mobil baru, terkadang tanpa sadar memicu perasaan iri atau kurang bersyukur. Apalagi bagi mereka yang sedang kesulitan, melihat gemerlap hidup orang lain bisa jadi sangat menyakitkan. Ini bukan cuma soal “tidak punya”, tapi juga tentang rasa tidak cukup dan terkadang, bahkan rasa malu.
Padahal, apa yang kita lihat di media sosial seringkali hanyalah sampul. Kita tidak tahu berapa banyak utang yang harus ditanggung untuk membiayai gaya hidup mewah itu, atau seberapa besar tekanan yang dirasakan di balik senyuman di foto. Jebakan perbandingan sosial ini bisa memiskinkan jiwa, bukan cuma raga. Kita jadi lupa bersyukur atas apa yang kita punya, sibuk mengejar standar yang ditetapkan orang lain, dan akhirnya merasa tidak bahagia.
Kebahagiaan Sejati: Bukan di Benda, Tapi di Pengalaman dan Relasi
Lalu, apa itu kebahagiaan sejati? Apakah benar kebahagiaan itu ada di tumpukan harta atau barang-barang mewah? Pengalaman banyak orang, termasuk mereka yang telah mencapai puncak kekayaan, menunjukkan bahwa jawabannya adalah tidak. Kebahagiaan sejati seringkali ditemukan dalam hal-hal sederhana: tawa keluarga, dukungan sahabat, kesehatan yang prima, kesempatan untuk belajar, atau bahkan secangkir kopi hangat di pagi hari.
Bagi mereka yang sedang berjuang, kebahagiaan mungkin lebih terasa saat bisa membayar uang sekolah anak tepat waktu, saat keluarga berkumpul di meja makan, atau saat ada teman yang tulus membantu. Ini adalah kebahagiaan yang tidak bisa dibeli dengan uang, kebahagiaan yang lahir dari pengalaman dan relasi antarmanusia. Ini adalah jenis kekayaan yang tak terlihat, tapi jauh lebih berharga daripada semua simbol gaya hidup yang dipamerkan di Instagram.