4. Menyimpan Uang Tunai dalam Jumlah Besar di Dompet
Di era digital ini, transaksi non-tunai semakin populer. Mulai dari pembayaran menggunakan kartu debit/kredit, dompet digital, hingga QR code, semuanya terasa lebih praktis dan efisien. Dulu, membawa uang tunai dalam jumlah besar di dompet adalah hal yang biasa, terutama saat ingin berbelanja atau melakukan transaksi besar.
Mengapa dulu wajib? Uang tunai adalah satu-satunya alat pembayaran yang diterima secara universal sebelum adanya sistem pembayaran digital yang canggih.
Kenapa Gen Z tidak paham? Generasi Z lebih memilih kepraktisan pembayaran digital. Mereka bisa melakukan transaksi apapun hanya dengan beberapa ketukan di ponsel mereka. Selain lebih aman karena mengurangi risiko kehilangan uang tunai, pembayaran digital juga seringkali menawarkan berbagai promo dan cashback yang menarik.
5. Menunggu Jadwal Tayang Acara TV Favorit
Sebelum era streaming dan on-demand, menonton acara TV favorit adalah sebuah ritual yang membutuhkan kesabaran. Pemirsa harus menunggu jadwal tayang yang ditentukan oleh stasiun televisi dan tidak bisa menontonnya kapan saja mereka mau. Jika terlewat, mereka harus menunggu tayangan ulang atau bahkan tidak bisa menontonnya sama sekali.
Mengapa dulu wajib? Stasiun televisi memiliki kendali penuh atas jadwal tayang program mereka. Teknologi untuk menonton acara TV kapan saja belum tersedia.
Kenapa Gen Z tidak paham? Generasi Z terbiasa dengan fleksibilitas platform streaming seperti Netflix, Disney+, dan YouTube. Mereka bisa menonton ribuan film dan serial TV kapan saja dan di mana saja sesuai keinginan mereka. Konsep menunggu jadwal tayang terasa sangat membatasi dan tidak sesuai dengan gaya hidup mereka yang serba cepat dan fleksibel.
6. Menyewa Film di Toko Video
Sebelum layanan streaming film dan serial TV menjamur, menyewa film di toko video adalah hiburan akhir pekan yang populer. Orang-orang akan pergi ke toko video, memilih film yang ingin ditonton, membayar biaya sewa, dan mengembalikannya dalam jangka waktu tertentu. Terlambat mengembalikan bisa dikenakan denda.
Mengapa dulu wajib? Toko video adalah satu-satunya cara legal untuk menonton film di rumah sebelum adanya teknologi streaming.
Kenapa Gen Z tidak paham? Generasi Z memiliki akses tak terbatas ke berbagai macam film dan serial TV melalui platform streaming dengan biaya berlangganan bulanan yang relatif terjangkau. Mereka tidak perlu repot-repot pergi ke toko video, memilih film fisik, dan khawatir terlambat mengembalikannya.
7. Menggunakan Answering Machine untuk Menerima Pesan Suara
Sebelum adanya fitur voicemail di ponsel, answering machine atau mesin penjawab adalah perangkat penting di rumah. Alat ini berfungsi untuk merekam pesan suara dari penelepon saat pemilik rumah tidak dapat mengangkat telepon. Pemilik rumah kemudian bisa memutar ulang pesan-pesan tersebut untuk mengetahui siapa yang menelepon dan apa keperluannya.
Mengapa dulu wajib? Answering machine adalah solusi untuk tidak melewatkan panggilan penting saat tidak berada di rumah atau sedang tidak bisa mengangkat telepon.
Kenapa Gen Z tidak paham? Generasi Z terbiasa dengan fitur voicemail di ponsel mereka yang jauh lebih praktis dan mudah digunakan. Mereka bisa langsung melihat daftar pesan suara yang masuk, mendengarkannya kapan saja, dan bahkan mentranskripsikannya menjadi teks. Mesin penjawab fisik terasa kuno dan memakan tempat.
8. Berpakaian Formal untuk Acara Santai
Dulu, ada aturan tidak tertulis yang mengharuskan orang untuk berpakaian formal, bahkan untuk acara-acara yang sekarang dianggap santai. Misalnya, pergi ke bioskop atau makan di restoran sederhana seringkali mengharuskan pria memakai kemeja dan wanita memakai gaun atau blus rapi.
Mengapa dulu wajib? Ada anggapan bahwa berpakaian formal menunjukkan kesopanan dan menghormati acara atau tempat yang dikunjungi.
Kenapa Gen Z tidak paham? Generasi Z lebih mengutamakan kenyamanan dan ekspresi diri dalam berbusana. Mereka lebih memilih pakaian kasual yang nyaman dan sesuai dengan gaya pribadi mereka, bahkan untuk acara-acara yang dulunya dianggap formal. Pergeseran budaya ini menunjukkan adanya perubahan nilai dan norma sosial.






