Fleksibilitas Adalah Kunci
Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi model kerja hibrida dan jarak jauh, dan Gen Z adalah salah satu yang paling diuntungkan dari perubahan ini. Mereka telah merasakan manfaat fleksibilitas: kemampuan untuk bekerja dari mana saja, mengatur jadwal sendiri, dan menghindari perjalanan yang melelahkan. Bagi mereka, ini bukan sekadar preferensi, melainkan sebuah ekspektasi. Perusahaan yang masih kaku dengan jam kerja 9-5 dan kehadiran fisik di kantor setiap hari akan kesulitan menarik dan mempertahankan talenta Gen Z. Mereka melihat fleksibilitas sebagai bagian dari paket kompensasi total, yang sama pentingnya dengan gaji dan tunjangan.
Era Teknologi Memungkinkan Efisiensi, Bukan Penambahan Jam Kerja
Gen Z tumbuh besar dengan teknologi. Mereka terbiasa menggunakan alat-alat digital untuk meningkatkan efisiensi dan otomatisasi. Mereka percaya bahwa teknologi seharusnya membebaskan manusia dari pekerjaan yang monoton dan repetitif, bukan justru digunakan untuk menekan pekerja agar bekerja lebih keras dan lebih lama. Mereka adalah generasi yang paham cara memaksimalkan perangkat lunak, algoritma, dan tools lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan cerdas. Oleh karena itu, bagi mereka, bekerja “lebih pintar” lebih penting daripada bekerja “lebih lama”.
Kesadaran Akan Gig Economy dan Pekerjaan Freelance
Gen Z adalah generasi yang melek akan gig economy dan peluang kerja freelance. Mereka melihat banyak individu yang berhasil membangun karier mandiri, bekerja sesuai proyek, dan memiliki kendali penuh atas waktu dan penghasilan mereka. Ini memberikan mereka alternatif yang kuat selain pekerjaan kantoran tradisional. Mereka tidak lagi terpaku pada satu perusahaan atau satu jenis pekerjaan seumur hidup. Kemudahan akses informasi dan platform freelance membuat mereka berani mencoba jalur yang berbeda, di mana mereka bisa menjadi “bos” bagi diri mereka sendiri dan menentukan ritme kerja yang sesuai.
Mengutamakan Pengembangan Diri dan Pembelajaran Berkelanjutan
Alih-alih menghabiskan seluruh waktu untuk pekerjaan kantor, Gen Z ingin punya waktu untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Mereka sadar bahwa dunia berubah dengan cepat, dan keterampilan yang relevan hari ini mungkin sudah usang besok. Mereka ingin berinvestasi pada diri mereka sendiri, baik melalui kursus online, seminar, membaca buku, atau mencoba proyek-proyek sampingan. Ini adalah bagian dari strategi jangka panjang mereka untuk tetap relevan dan berdaya saing di pasar kerja yang dinamis. Mereka percaya bahwa pengembangan diri adalah investasi, bukan pengorbanan.
Menghargai Waktu Luang untuk Pengalaman Hidup
Bagi Gen Z, kekayaan tidak hanya diukur dari jumlah uang di rekening, tetapi juga dari pengalaman hidup. Mereka ingin menjelajahi dunia, mencoba hal-hal baru, dan menciptakan kenangan. Waktu luang bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan. Mereka sadar bahwa hidup terlalu singkat untuk dihabiskan hanya di balik meja kerja. Sebuah survei dari Expedia pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 80% Gen Z lebih suka menghabiskan uang untuk pengalaman daripada barang material. Ini adalah refleksi dari prioritas mereka yang bergeser dari akumulasi harta menjadi akumulasi pengalaman.
Melihat Pekerjaan Sebagai Sarana, Bukan Tujuan Akhir
Generasi sebelumnya mungkin memandang pekerjaan sebagai identitas utama atau tujuan akhir. Bagi Gen Z, pekerjaan lebih sering dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, seperti stabilitas finansial, kebebasan waktu, atau kesempatan untuk mengejar passion mereka. Mereka tidak ingin mendefinisikan diri sepenuhnya dari pekerjaan. Identitas mereka lebih kaya, meliputi hobi, minat, nilai-nilai pribadi, dan hubungan sosial. Pekerjaan adalah salah satu bagian dari mozaik kehidupan mereka, bukan keseluruhan gambaran.






