lombokprime.com – Dalam sebuah pernikahan yang sehat, istri adalah pasangan, bukan pelayan, dan ada setidaknya 15 hal yang seharusnya tidak menjadi beban tunggalnya. Pernikahan adalah tentang kemitraan, berbagi tanggung jawab, dan saling mendukung. Namun, sayangnya, masih banyak pernikahan di mana istri secara tidak adil memikul sebagian besar beban, baik fisik maupun emosional. Artikel ini akan membahas 15 hal spesifik yang idealnya menjadi tanggung jawab bersama dalam sebuah rumah tangga, demi menciptakan hubungan yang lebih setara dan bahagia.
Beban Rumah Tangga yang Terlalu Berat Sebelah
Sering kali, secara tidak sadar atau karena tradisi yang mengakar, istri dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas urusan rumah tangga. Padahal, di era modern ini, pembagian peran yang lebih adil sangat penting untuk keberlangsungan hubungan yang harmonis.
1. Seluruh Pekerjaan Rumah Tangga
Mencuci piring, menyapu, mengepel, mencuci baju, dan semua pekerjaan rumah tangga lainnya seharusnya bukan hanya tugas istri. Suami juga perlu aktif terlibat dan berbagi tanggung jawab ini. Membagi pekerjaan rumah tangga bukan hanya meringankan beban istri, tetapi juga mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kesetaraan dan kerja sama. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology menunjukkan bahwa pasangan yang berbagi tugas rumah tangga cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang lebih tinggi.
2. Memasak Setiap Hari
Meskipun mungkin ada pembagian tugas dalam hal memasak, ekspektasi bahwa istri harus selalu menyiapkan makanan setiap hari adalah beban yang tidak adil. Suami juga perlu belajar memasak atau setidaknya berkontribusi dalam perencanaan makan dan persiapan bahan makanan. Bergantian memasak bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan mempererat hubungan.
3. Urusan Belanja Bulanan
Belanja kebutuhan rumah tangga sering kali dianggap sebagai tugas istri. Padahal, ini adalah tanggung jawab bersama. Suami bisa ikut berpartisipasi dalam membuat daftar belanja, pergi berbelanja, atau bahkan mengelola anggaran belanja. Keterlibatan suami dalam urusan ini menunjukkan perhatian dan tanggung jawab terhadap kebutuhan keluarga.
4. Mengurus Semua Keperluan Anak
Dari mengantar dan menjemput sekolah, membantu mengerjakan PR, hingga menghadiri acara sekolah, mengurus anak sering kali menjadi beban utama istri. Padahal, peran ayah dalam tumbuh kembang anak sangatlah penting. Ayah perlu terlibat aktif dalam kehidupan anak-anak, memberikan dukungan emosional, dan berbagi tanggung jawab pengasuhan. Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ayah yang aktif terlibat cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik dan masalah perilaku yang lebih sedikit.
5. Menjadi Satu-satunya Pengingat Jadwal Keluarga
Mengingat semua jadwal dokter, pertemuan sekolah, ulang tahun, dan janji lainnya sering kali menjadi beban mental istri. Suami juga perlu memiliki inisiatif untuk mencatat dan mengingatkan jadwal-jadwal penting keluarga. Aplikasi kalender bersama atau sistem pengingat lainnya bisa sangat membantu dalam hal ini.
Beban Emosional yang Tidak Terlihat
Selain beban fisik, istri juga sering kali memikul beban emosional yang tidak terlihat. Ini bisa berupa mengelola emosi seluruh anggota keluarga, menjadi penengah saat ada konflik, atau menjadi satu-satunya sumber dukungan emosional bagi suami.
6. Menjadi “Bank Emosi” Keluarga
Istri sering kali diharapkan menjadi tempat curhat dan penyalur emosi bagi seluruh anggota keluarga, termasuk suami. Padahal, suami juga perlu memiliki cara yang sehat untuk mengelola emosinya dan mencari dukungan dari sumber lain jika diperlukan. Terlalu bergantung pada istri sebagai satu-satunya “bank emosi” bisa sangat melelahkan dan tidak sehat bagi istri.






