Kok Bisa? Merasa Kesepian Padahal Nikah dan Selalu Bersama!

Kok Bisa? Merasa Kesepian Padahal Nikah dan Selalu Bersama!
Kok Bisa? Merasa Kesepian Padahal Nikah dan Selalu Bersama! (www.freepik.com)

3. Pola Pertengkaran yang Destruktif dan Berulang

Pertengkaran dalam pernikahan adalah hal yang wajar. Bahkan, kadang-kadang bisa menjadi cara untuk menyelesaikan masalah dan memperkuat hubungan. Namun, ketika ada pola pertengkaran yang destruktif dan berulang, di mana topik yang sama terus-menerus muncul tanpa penyelesaian, atau bahkan lebih buruk, pertengkaran itu tidak pernah terjadi karena salah satu pihak selalu menghindar, ini adalah tanda yang perlu diperhatikan.

Pertengkaran destruktif bisa berupa saling menyalahkan, mengeluarkan kata-kata kasar yang menyerang pribadi, atau bahkan menolak untuk berdiskusi sama sekali (silent treatment). Pola ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam cara pasangan menghadapi konflik dan mengekspresikan kebutuhan mereka. Ketika pasangan terjebak dalam siklus negatif ini, mereka akan mulai merasa putus asa, tidak didengar, dan tidak dihargai. Psikologi kognitif perilaku menunjukkan bahwa pola pikir negatif dan kebiasaan komunikasi yang buruk akan terus terulang jika tidak ada intervensi dan kesadaran untuk mengubahnya.

4. Peningkatan Kecenderungan Mengkritik dan Meremehkan

Bayangkan Anda selalu mendapatkan kritik, baik terang-terangan maupun terselubung, dari orang yang seharusnya menjadi pendukung terbesar Anda. Pasti melelahkan, bukan? Peningkatan kecenderungan untuk mengkritik dan meremehkan pasangan, baik secara langsung maupun melalui sindiran, adalah tanda emosional yang sangat merusak. Kritik bisa berupa hal-hal kecil seperti cara memasak, atau hal yang lebih besar seperti pilihan karier. Meremehkan bisa berupa tawa sinis, memutar mata, atau bahkan menceritakan kekurangan pasangan di depan umum.

Kritik yang berlebihan dan penghinaan adalah empat “penunggang kuda kiamat” pernikahan menurut psikolog John Gottman, seorang ahli terkemuka dalam hubungan. Ini menunjukkan adanya rasa tidak hormat yang mendalam dan bahkan kebencian yang terpendam. Ketika salah satu pasangan merasa terus-menerus dihakimi dan tidak pernah cukup baik, ia akan mulai merasa tidak aman, rendah diri, dan akhirnya, tidak bahagia dalam pernikahan tersebut. Ini adalah racun yang perlahan-lahan membunuh cinta dan rasa sayang.

5. Munculnya Rasa Kesepian Meskipun Berada di Samping Pasangan

Paradoks ini mungkin terasa aneh, tapi sangat nyata: munculnya rasa kesepian meskipun berada di samping pasangan. Anda mungkin hidup berdampingan, melakukan aktivitas sehari-hari bersama, tetapi di dalam hati Anda merasa sendirian. Ini adalah salah satu tanda emosional paling menyakitkan dan seringkali diabaikan. Rasa kesepian ini bukan hanya tentang kurangnya teman, tetapi tentang ketiadaan koneksi emosional yang mendalam dengan orang yang paling dekat dengan Anda.

Ketika ada jurang emosional yang dalam antara pasangan, kebutuhan untuk berbagi, dipahami, dan dicintai secara tulus tidak terpenuhi. Ini bisa terjadi karena salah satu atau kedua belah pihak menarik diri, tidak berani menunjukkan kerentanan, atau sudah terlalu lelah dengan konflik yang tak berkesudahan. Rasa kesepian ini bisa mengarah pada pencarian validasi di luar pernikahan, baik secara emosional maupun fisik, atau bahkan depresi. Ini adalah panggilan darurat bahwa ada sesuatu yang hilang dalam inti hubungan.

6. Rasa Tidak Aman dan Kurangnya Kepercayaan Diri dalam Hubungan

Pernikahan yang sehat seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung, di mana kedua belah pihak merasa dicintai, dihargai, dan percaya diri. Namun, jika Anda mulai merasakan ketidakamanan dan kurangnya kepercayaan diri dalam hubungan, ini adalah tanda bahaya emosional. Ketidakamanan bisa muncul dalam bentuk keraguan apakah pasangan benar-benar mencintai Anda, takut kehilangan pasangan, atau bahkan merasa perlu terus-menerus membuktikan diri.

Kurangnya kepercayaan diri dalam hubungan juga bisa diartikan sebagai perasaan tidak berdaya untuk memengaruhi dinamika hubungan, atau merasa bahwa suara Anda tidak penting. Ini bisa terjadi karena manipulasi emosional, kritik yang berlebihan, atau pola komunikasi yang tidak sehat. Ketika salah satu pasangan terus-menerus merasa tidak aman dan tidak berharga, mereka akan mulai kehilangan identitas diri dan kebahagiaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *