Menghadapi Gaya Cowok Terlalu Baik Justru Paling Melelahkan?

Menghadapi Gaya Cowok Terlalu Baik Justru Paling Melelahkan?
Menghadapi Gaya Cowok Terlalu Baik Justru Paling Melelahkan? (www.freepik.com)

lombokprime.com – Merasa lelah secara emosional dalam sebuah hubungan, padahal pasanganmu terkenal “baik banget” di mata orang lain? Hati-hati, mungkin kamu sedang terjebak dengan cowok yang terlalu baik sampai-sampai perilakunya justru menguras energimu. Yuk, kenali sembilan gaya cowok yang sering dianggap baik, tapi sebenarnya bisa bikin kamu frustrasi dan mempertanyakan diri sendiri.

Memahami Konsep ‘Terlalu Baik’ yang Menguras Energi

Seringkali, kita didoktrinkan untuk mencari pasangan yang baik, pengertian, dan selalu ada. Namun, ada batas tipis antara kebaikan sejati dan kebaikan yang berlebihan, bahkan bisa dibilang pasif-agresif atau sekadar kurang peka. Ini bukan tentang menjelekkan siapa pun, melainkan mengajakmu untuk lebih bijak dalam mengenali dinamika hubungan yang sehat. Ketika seseorang “terlalu baik,” ia mungkin menghindari konflik, selalu mengalah, atau bahkan jadi tidak punya pendirian. Hal ini, dalam jangka panjang, justru bisa menciptakan ketidakseimbangan dan rasa frustrasi. Kamu mungkin merasa tidak didengarkan, tidak punya ruang untuk berekspresi, atau bahkan seperti memimpin hubungan sendirian. Mari kita bedah lebih lanjut sembilan gaya cowok “terlalu baik” yang justru bisa bikin kamu lelah.

1. Si Selalu Mengalah: Kamu Tidak Punya Pendirian Sendiri?

Bayangkan ini: setiap kali kamu ingin memutuskan sesuatu, entah itu makan malam di mana, nonton film apa, atau liburan ke mana, dia selalu menjawab, “Terserah kamu saja,” atau “Yang penting kamu senang.” Awalnya, mungkin terdengar romantis dan suportif. Dia seperti memberi kebebasan penuh padamu. Tapi lama-lama, ini bisa jadi sangat melelahkan. Kamu merasa harus mengambil semua keputusan, memikul semua tanggung jawab perencanaan. Seolah-olah, dia tidak memiliki preferensi atau pendapat sendiri.

Hal ini bisa menimbulkan beban mental yang berat. Kamu mungkin mulai bertanya-tanya, “Apakah dia benar-benar peduli dengan apa yang kita lakukan?” atau “Apakah dia punya kepribadian yang kuat?” Ketiadaan inisiatif dari sisinya bisa membuatmu merasa sendirian dalam membangun hubungan, padahal seharusnya ada dua kepala yang bekerja sama. Kebaikan semacam ini, yang berwujud pengorbanan diri yang berlebihan, justru bisa merampas kesempatanmu untuk berbagi beban dan menikmati proses pengambilan keputusan bersama. Ingat, dalam hubungan yang sehat, kolaborasi itu penting.

2. Si Penolong Super: Selalu Ingin Memecahkan Masalahmu (Bahkan yang Tidak Perlu)

Saat kamu bercerita tentang harimu yang berat di kantor atau masalah kecil yang kamu hadapi, dia langsung sigap menawarkan solusi, bahkan sebelum kamu selesai berbicara. “Oh, itu gampang, kamu tinggal begini saja…” atau “Sudah, biar aku yang urus!” Niatnya memang baik, ingin membantumu dan meringankan bebanmu. Namun, terkadang yang kita butuhkan hanyalah telinga yang mendengarkan dan bahu untuk bersandar, bukan pemecah masalah instan.

Ketika dia selalu ingin memecahkan semua masalahmu, bahkan yang sederhana, kamu bisa merasa tidak divalidasi. Seolah-olah, perasaanmu diabaikan dan langsung dialihkan ke “mode solusi.” Ini juga bisa membuatmu merasa diremehkan, seolah kamu tidak mampu menangani masalahmu sendiri. Padahal, seringkali, kita hanya ingin didengarkan, dimengerti, dan diberi ruang untuk merasakan emosi kita. Pendekatan “penolong super” ini, meskipun lahir dari niat baik, bisa menghalangi pertumbuhan pribadi dan membuatmu merasa tidak percaya diri dengan kemampuanmu menghadapi tantangan hidup. Hubungan yang baik adalah tentang saling mendukung, bukan selalu menyelamatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *