Istri Tradisional Viral, Tapi Hidupnya Beneran Begitu?

Istri Tradisional Viral, Tapi Hidupnya Beneran Begitu?
Istri Tradisional Viral, Tapi Hidupnya Beneran Begitu? (www.freepik.com)

lombokprime.com – Fenomena ‘istri tradisional’ di TikTok sedang menjadi perbincangan hangat, menampilkan para wanita yang memilih peran domestik sepenuhnya, mengurus rumah tangga, melayani suami, dan fokus pada kebahagiaan keluarga.

Konten yang disajikan sering kali dipenuhi estetika visual yang menenangkan: sarapan yang disiapkan dengan indah, rumah yang selalu rapi, anak-anak yang terurus, dan senyum manis yang seolah tak pernah pudar.

Tapi, di balik keindahan visual dan narasi yang menenangkan ini, muncul pertanyaan mendasar: apakah ini sekadar tren sesaat, taktik branding diri, atau refleksi dari kerinduan akan nilai-nilai tradisional di tengah hiruk pikuk kehidupan modern?

Mengapa Konsep ‘Istri Tradisional’ Begitu Menarik Perhatian?

Konsep ‘istri tradisional’ di TikTok berhasil menarik perhatian jutaan pengguna, tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global. Ada beberapa alasan kuat di balik popularitas ini. Pertama, bagi sebagian orang, konten ini menawarkan pelarian dari tekanan hidup modern yang serba cepat dan menuntut. Melihat seseorang yang se seemingly menjalani hidup dengan tenang, berfokus pada hal-hal esensial seperti keluarga dan rumah, bisa menjadi sesuatu yang sangat menenangkan. Ini seperti menemukan oasis di tengah gurun.

Kedua, ada elemen nostalgia. Bagi generasi yang tumbuh besar dengan cerita-cerita tentang peran gender yang lebih tradisional, konten ini bisa membangkitkan kenangan atau imajinasi tentang kehidupan yang “lebih sederhana” dan “lebih bermakna.” Terlebih lagi, di tengah perdebatan sengit tentang kesetaraan gender dan peran wanita dalam karier, konten ini menawarkan perspektif alternatif yang, bagi sebagian orang, terasa lebih otentik atau memuaskan. Ini bukan tentang menolak kemajuan, melainkan tentang menemukan kebahagiaan di jalur yang berbeda.

Ketiga, dan ini sangat penting dalam konteks media sosial, konten semacam ini sangat relatable bagi sebagian audiens. Meskipun tidak semua orang ingin atau bisa menjadi ‘istri tradisional’ sepenuhnya, banyak yang bisa mengidentifikasi dengan aspek-aspek tertentu, seperti keinginan untuk menciptakan rumah yang nyaman, memasak makanan enak untuk keluarga, atau menghabiskan waktu berkualitas dengan orang tercinta. Interaksi dan komentar yang membanjiri video-video ini menunjukkan bagaimana banyak orang merasa terhubung dengan narasi yang dibangun. Mereka mungkin menemukan inspirasi, tips praktis, atau sekadar rasa komunitas dengan melihat orang lain menjalani gaya hidup serupa.


Eksplorasi Lebih Dalam: Tren atau Taksi Branding Diri?

Pertanyaan utama yang sering muncul adalah: seberapa autentik fenomena ini? Apakah para kreator konten ini benar-benar menjalani kehidupan ‘istri tradisional’ seperti yang mereka tampilkan, ataukah ini lebih kepada strategi branding untuk membangun audiens dan mendapatkan endorsement?


Di Balik Layar Estetika Sempurna

Tidak bisa dipungkiri, platform seperti TikTok sangat mengedepankan visual dan narasi yang menarik. Konten ‘istri tradisional’ yang viral sering kali disajikan dengan estetika yang tinggi: pencahayaan sempurna, sudut pengambilan gambar yang cermat, dan penyuntingan yang halus. Rumah selalu terlihat bersih dan rapi, makanan selalu tampak lezat, dan ekspresi wajah selalu ceria. Ini menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, yang tentu saja sangat menarik untuk ditonton.

Namun, realitanya, kehidupan rumah tangga jauh dari kata sempurna. Ada momen berantakan, stres, dan tantangan yang tidak selalu tertangkap kamera. Pertanyaan muncul: apakah para kreator ini menunjukkan gambaran yang jujur dan menyeluruh tentang kehidupan mereka, ataukah mereka memilih untuk menampilkan hanya sisi-sisi yang menarik dan aspiratif? Banyak yang berpendapat bahwa ini adalah bagian dari strategi branding: menampilkan versi diri yang ideal untuk menarik pengikut dan menciptakan niche konten yang kuat. Mereka bukan hanya berbagi kehidupan, tetapi juga membangun citra yang bisa menghasilkan keuntungan, baik melalui engagement, sponsor, maupun peluang lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *