lombokprime.com – Siapa bilang hanya generasi Z yang punya potensi melakukan kesalahan di tempat kerja? Faktanya, kebiasaan buruk di kantor bisa menghampiri siapa saja, tanpa pandang usia atau pengalaman. Dan tahukah kamu, beberapa kebiasaan ini bisa menjadi tiket kilat menuju pemecatan, lho! Di era persaingan kerja yang semakin ketat, menjaga profesionalisme dan menghindari perilaku merugikan adalah kunci utama untuk bertahan dan sukses dalam karier. Artikel ini akan mengupas tuntas 7 kebiasaan buruk di tempat kerja yang sebaiknya kamu hindari, bukan hanya untuk menjaga reputasi, tapi juga untuk mengamankan posisi pekerjaanmu. Yuk, simak baik-baik!
1. Kebiasaan Telat yang Sudah Mendarah Daging
Datang terlambat sesekali mungkin bisa dimaklumi, apalagi jika ada alasan yang kuat. Namun, jika kebiasaan telat sudah menjadi bagian dari rutinitasmu, ini adalah lampu merah besar! Perusahaan menghargai karyawan yang disiplin dan menghormati waktu. Keterlambatan yang terus-menerus tidak hanya mengganggu produktivitasmu sendiri, tetapi juga bisa menghambat pekerjaan tim secara keseluruhan. Bayangkan saja, rapat penting harus tertunda karena satu orang belum datang. Atau, kamu melewatkan informasi krusial karena datang setelah briefing pagi selesai.
Menurut data dari sebuah survei yang dilakukan oleh CareerBuilder, sekitar 15% karyawan mengaku pernah ditegur oleh atasan mereka karena sering terlambat. Bahkan, persentase yang sama juga mengakui bahwa kebiasaan telat mereka berkontribusi pada hilangnya kesempatan promosi atau bahkan pemecatan. Angka ini menunjukkan bahwa kebiasaan sepele seperti telat bisa memiliki konsekuensi yang serius bagi karier seseorang.
Lebih dari sekadar soal waktu, kebiasaan telat juga mencerminkan kurangnya rasa tanggung jawab dan profesionalisme. Atasan dan rekan kerja akan mempertanyakan komitmenmu terhadap pekerjaan jika kamu terus-menerus tidak bisa menghargai waktu yang telah disepakati bersama. Ingatlah, waktu adalah sumber daya yang sangat berharga di dunia kerja. Dengan datang tepat waktu, kamu menunjukkan rasa hormat kepada perusahaan, rekan kerja, dan juga dirimu sendiri.
2. “Si Tukang Gosip” yang Meresahkan
Di setiap kantor, pasti ada saja satu atau dua orang yang gemar bergosip. Awalnya mungkin terdengar sepele, sekadar membicarakan hal-hal ringan tentang rekan kerja. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan bergosip bisa menjadi bumerang bagi dirimu sendiri? Lingkungan kerja yang dipenuhi dengan gosip akan menciptakan suasana yang tidak sehat, penuh kecurigaan, dan bahkan permusuhan.
Gosip tidak hanya merusak reputasi orang lain, tetapi juga bisa merusak reputasimu sendiri. Ketika kamu dikenal sebagai “si tukang gosip,” orang-orang akan cenderung menjauhimu dan tidak mempercayaimu. Informasi penting mungkin tidak akan sampai kepadamu, dan kamu bisa saja dikucilkan dari proyek-proyek penting. Lebih parahnya lagi, jika gosip yang kamu sebarkan ternyata tidak benar atau mengandung fitnah, kamu bisa berurusan dengan hukum dan tentu saja, kehilangan pekerjaan.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Social Psychology menemukan bahwa karyawan yang sering terlibat dalam gosip cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang lebih rendah dan lebih rentan terhadap stres. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan buruk ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga berdampak negatif pada kesejahteraan diri sendiri. Hindarilah kebiasaan bergosip, fokuslah pada pekerjaanmu, dan ciptakan lingkungan kerja yang positif dan suportif.






