Peran Keseimbangan Kehidupan-Kerja dalam Fleksibilitas
Salah satu perbedaan paling mencolok dalam definisi fleksibilitas adalah terkait dengan keseimbangan kehidupan-kerja. Bagi Boomer, batas antara kehidupan pribadi dan profesional seringkali lebih kabur, dengan ekspektasi untuk mendedikasikan sebagian besar waktu dan energi mereka untuk pekerjaan. Bagi mereka, bekerja keras seringkali berarti bekerja lebih lama, dan fleksibilitas mungkin berarti mengorbankan sedikit waktu pribadi demi menyelesaikan pekerjaan. Dedikasi terhadap pekerjaan seringkali diukur dari berapa banyak waktu yang dihabiskan di kantor.
Milenial, sebaliknya, sangat menekankan pentingnya keseimbangan kehidupan-kerja. Mereka melihat fleksibilitas sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan ini, memungkinkan mereka untuk memiliki waktu untuk keluarga, hobi, atau pengembangan diri di luar pekerjaan. Konsep “waktu pribadi adalah produktivitas” sangat relevan bagi Milenial. Mereka meyakini bahwa dengan memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat dan melakukan hal-hal yang mereka cintai, mereka akan menjadi lebih produktif dan inovatif saat bekerja. Ini bukan berarti mereka kurang berkomitmen, melainkan mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana komitmen tersebut harus diwujudkan. Mereka mencari cara untuk mengintegrasikan pekerjaan ke dalam kehidupan mereka, bukan sebaliknya.
Stereotip dan Realitas: Melampaui Generasi
Ironisnya, stereotip seringkali menutupi realitas yang lebih kompleks. Tidak semua Boomer kaku dan tidak semua Milenial adalah pekerja lepas yang impulsif. Ada banyak Boomer yang sangat adaptif, bahkan menjadi pionir dalam mengadopsi teknologi baru atau mengimplementasikan model kerja fleksibel di perusahaan mereka. Demikian pula, banyak Milenial yang menghargai struktur dan stabilitas, dan tidak selalu mencari kebebasan penuh dalam bekerja.
Kunci untuk memahami fleksibilitas bukanlah pada label generasi, melainkan pada individu itu sendiri. Pengalaman hidup, kepribadian, nilai-nilai pribadi, dan bahkan industri tempat mereka bekerja, semuanya memainkan peran dalam membentuk tingkat fleksibilitas seseorang. Perusahaan yang sukses saat ini adalah perusahaan yang mampu memahami dan mengakomodasi berbagai preferensi fleksibilitas ini, tanpa memandang usia. Mereka menyadari bahwa kekuatan datang dari keragaman perspektif dan pendekatan.
Menjembatani Kesenjangan Antargenerasi untuk Fleksibilitas Bersama
Alih-alih memperdebatkan siapa yang lebih fleksibel, akan jauh lebih produktif jika kita fokus pada bagaimana kedua generasi ini dapat belajar satu sama lain untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih adaptif dan inklusif. Boomer dapat mengajarkan Milenial tentang nilai ketekunan, pengalaman, dan kebijaksanaan yang datang dari bertahun-tahun di industri. Mereka bisa berbagi wawasan tentang bagaimana menavigasi dinamika politik kantor, membangun jaringan yang kuat, dan mengembangkan ketahanan dalam menghadapi tantangan.
Sebaliknya, Milenial dapat memperkenalkan Boomer pada efisiensi teknologi, cara-cara baru untuk berkolaborasi, dan pentingnya keseimbangan kehidupan-kerja untuk kesejahteraan jangka panjang. Mereka bisa menjadi mentor teknologi bagi Boomer, membantu mereka menguasai alat-alat digital yang relevan. Lebih dari itu, Milenial dapat mendorong budaya yang lebih terbuka terhadap eksperimen, inovasi, dan umpan balik yang konstruktif.
Perusahaan perlu menciptakan program mentorship lintas generasi, di mana Boomer dan Milenial dapat berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan membangun pemahaman bersama. Workshop tentang adaptasi teknologi untuk semua usia, sesi diskusi tentang ekspektasi kerja, dan kebijakan yang mendukung berbagai bentuk fleksibilitas (misalnya, pilihan kerja hybrid, jam kerja yang disesuaikan, atau bahkan cuti untuk pengembangan diri) dapat sangat membantu.
