lombokprime.com – Generasi X, angkatan yang lahir antara 1965 hingga 1980, dikenal sebagai kelompok pekerja yang mandiri, berpengalaman, dan tangguh. Mereka adalah jembatan antara generasi Baby Boomer yang lebih senior dan Millennial serta Gen Z yang lebih muda, telah menyaksikan revolusi digital dan beradaptasi dengan perubahan dunia yang pesat. Namun, belakangan ini, banyak profesional Gen X merasa kesulitan bersaing di pasar kerja, terutama ketika berhadapan dengan generasi yang lebih muda yang tech-savvy atau yang lebih senior dengan koneksi luas. Lantas, apa penyebab di balik fenomena ini, dan bagaimana Gen X bisa kembali menjadi incaran para rekruter? Mari kita kupas tuntas.
Persepsi Usia dan Jebakan “Overqualified”
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Gen X adalah persepsi usia. Di mata banyak perusahaan, kandidat Gen X sering dianggap “terlalu senior” atau “overqualified” untuk posisi menengah yang kini banyak didominasi Millennial. Posisi ini, yang dulu mungkin cocok untuk pengalaman Gen X, sekarang justru mencari semangat muda dan fleksibilitas gaji. Di sisi lain, untuk peran eksekutif puncak, perusahaan mungkin masih cenderung memilih Baby Boomer yang dianggap memiliki pengalaman lebih panjang dan jaringan yang lebih mapan, atau justru melirik Gen Z dan Millennial yang dipandang lebih adaptif terhadap inovasi terbaru.
Ini seperti terjebak di tengah-tengah: terlalu berpengalaman untuk posisi junior, namun belum tentu menjadi pilihan utama untuk posisi senior. Persepsi ini bukan hanya tentang usia biologis, tetapi juga tentang ekspektasi terkait gaji dan adaptabilitas. Perusahaan kerap khawatir bahwa individu yang lebih berpengalaman akan sulit menerima arahan dari manajer yang lebih muda atau kurang terbuka terhadap metode kerja baru.
Solusi: Gen X perlu secara proaktif menyoroti nilai-nilai unik mereka. Dalam resume dan wawancara, fokuslah pada kemampuan mentoring tim yang lebih muda, stabilitas karir yang menunjukkan komitmen jangka panjang, dan kesediaan untuk berkolaborasi lintas generasi. Tekankan bagaimana pengalaman Anda bisa menjadi aset berharga dalam membimbing, menstabilkan, dan mempercepat pertumbuhan tim. Tunjukkan bahwa Anda bukan hanya seorang pekerja, melainkan juga seorang mentor dan pemimpin yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan kolektif.
Tantangan Keterampilan Digital yang Mutakhir
Meskipun Gen X adalah generasi pertama yang mengenal komputer pribadi dan internet, sebagian besar dari mereka tidak se-“melek digital” seperti Gen Z atau Millennial yang tumbuh besar dengan gawai di tangan. Pasar kerja modern sangat mengandalkan kemahiran dalam berbagai tools terkini, seperti kecerdasan buatan (AI), automation, big data analytics, atau platform digital baru yang terus bermunculan. Keterampilan ini mungkin kurang dikuasai oleh sebagian Gen X yang terbiasa dengan cara kerja konvensional atau perangkat lunak yang lebih lama.
Fenomena ini menciptakan gap kompetensi yang signifikan. Perusahaan mencari kandidat yang tidak hanya bisa mengoperasikan, tetapi juga berinovasi dengan teknologi terbaru. Jika Gen X tidak menunjukkan inisiatif untuk terus belajar dan memperbarui diri di bidang ini, mereka akan semakin tertinggal.
Solusi: Ini adalah area di mana Gen X bisa membuat dampak besar dengan investasi waktu yang relatif kecil. Ikuti pelatihan singkat (bootcamp, webinar) atau sertifikasi di bidang teknologi yang relevan dengan industri Anda. Contohnya, jika Anda di pemasaran, pelajari digital marketing dan SEO. Jika Anda di human resources, kuasai HRIS (Human Resources Information System) terbaru. Banyak platform daring seperti Coursera, edX, atau LinkedIn Learning menawarkan kursus-kursus berkualitas yang bisa diakses kapan saja. Ini bukan hanya tentang mendapatkan sertifikat, tetapi tentang menunjukkan komitmen Anda terhadap pembelajaran seumur hidup dan relevansi di era digital.






