Karier  

Karier atau Kewarasan? Inilah Saat yang Tepat Menolak Perintah Bos

Karier atau Kewarasan? Inilah Saat yang Tepat Menolak Perintah Bos
Karier atau Kewarasan? Inilah Saat yang Tepat Menolak Perintah Bos (www.freepik.com)

lombokprime.com – Pernah merasa serba salah saat atasan meminta sesuatu yang terasa tidak masuk akal atau di luar batas wajar? Menolak permintaan bos memang bukan hal yang mudah. Ada rasa sungkan, takut dianggap tidak loyal, atau bahkan khawatir karier bisa terhambat. Namun, ada kalanya Anda memang perlu menolak. Bukan berarti tidak patuh, melainkan demi menjaga profesionalisme, kesehatan mental, atau bahkan integritas diri. Artikel ini akan membahas beberapa skenario di mana Anda punya hak untuk menolak, lengkap dengan alasan kuat yang bisa Anda sampaikan.

Memahami Batasan Peran dan Tanggung Jawab Anda

Dalam dunia kerja, setiap posisi memiliki deskripsi pekerjaan dan batasan tanggung jawab yang jelas. Seringkali, atasan mungkin tanpa sengaja (atau sengaja) memberikan tugas yang berada di luar koridor tersebut. Ini bukan hanya tentang “bukan pekerjaan saya,” melainkan lebih kepada memastikan Anda fokus pada hal-hal yang benar-benar menjadi inti dari peran Anda dan tidak mengganggu produktivitas keseluruhan.

Ketika Anda diminta untuk melakukan sesuatu yang jelas-jelas di luar deskripsi pekerjaan, misalnya, seorang copywriter diminta untuk mengerjakan laporan keuangan bulanan, Anda punya hak untuk menolaknya. Alasan yang bisa disampaikan adalah bahwa tugas tersebut membutuhkan keahlian spesifik yang tidak Anda miliki, dan pengerjaannya justru akan memakan waktu lebih lama serta berisiko menghasilkan kesalahan. Lebih baik menyarankan atasan untuk mencari rekan kerja yang lebih kompeten di bidang tersebut, atau bertanya apakah ada pelatihan yang bisa diberikan jika memang ada niat untuk mengembangkan keahlian Anda di area tersebut. Ini menunjukkan bahwa Anda bukan menolak karena malas, tetapi karena ingin memastikan hasil terbaik bagi perusahaan.

Menghindari Konflik Kepentingan Pribadi dan Profesional

Terkadang, atasan mungkin meminta bantuan yang bersifat pribadi, atau meminta Anda melakukan sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Misalnya, diminta untuk mengurus keperluan pribadi atasan di luar jam kerja, atau menggunakan sumber daya kantor untuk keperluan non-bisnis. Meskipun terasa segan untuk menolak, ini adalah area abu-abu yang perlu diwaspadai.

Apabila permintaan tersebut berpotensi mengganggu jam kerja Anda, membuat Anda tidak fokus pada tugas utama, atau bahkan melanggar kebijakan perusahaan, Anda berhak menolak. Jelaskan dengan sopan bahwa Anda ingin menjaga profesionalisme dan memprioritaskan tugas-tugas kantor. Jika permintaan itu melanggar etika atau hukum, penolakan adalah suatu keharusan. Anda bisa mengatakan, “Mohon maaf, Bu/Pak, saya tidak bisa melakukan hal tersebut karena bertentangan dengan kebijakan perusahaan dan kode etik yang saya junjung tinggi.” Ini adalah cara untuk melindungi diri Anda dari potensi masalah di kemudian hari, sekaligus menunjukkan integritas.

Ketika Kesehatan Mental dan Fisik Menjadi Taruhan

Beban kerja yang berlebihan, tenggat waktu yang tidak masuk akal, atau bahkan tuntutan untuk bekerja di luar jam operasional secara terus-menerus bisa sangat merugikan kesehatan mental dan fisik Anda. Penting untuk diingat bahwa Anda bukanlah robot, dan tubuh serta pikiran Anda membutuhkan istirahat yang cukup. Saat Anda merasa pekerjaan mulai mengambil alih hidup Anda dan berdampak negatif pada kesehatan, itu adalah tanda bahaya.

Jika atasan terus-menerus memberikan tugas di luar kapasitas Anda sehingga menyebabkan Anda bekerja lembur setiap hari tanpa istirahat yang cukup, Anda punya hak untuk menyuarakan keberatan. Anda bisa menjelaskan bahwa Anda menghargai kesempatan yang diberikan, namun beban kerja saat ini sudah melebihi batas kemampuan Anda untuk memberikan hasil yang optimal. Tawarkan solusi, seperti meminta bantuan rekan kerja, memprioritaskan tugas, atau meninjau kembali deadline. Fokuskan pada bagaimana ini akan memengaruhi kualitas pekerjaan Anda dan bukan hanya tentang kenyamanan pribadi. Misalnya, “Saya khawatir jika terus memaksakan diri, kualitas pekerjaan saya justru akan menurun. Bisakah kita diskusikan kembali prioritas tugas saya?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *