lombokprime.com – Kebiasaan kerja usang menjadi salah satu topik hangat di kalangan profesional muda. Dalam era digital dan revolusi industri 4.0, ada beberapa praktik yang masih dianggap penting padahal sebenarnya sudah tidak relevan lagi. Artikel ini mengulas lima kebiasaan kerja yang selama ini kita anggap penting, namun pada kenyataannya sudah ketinggalan zaman. Dengan gaya bahasa santai dan informatif, mari kita telusuri bersama alasan mengapa kebiasaan tersebut perlu ditinggalkan demi efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi.
Fokus Berlebihan pada Kehadiran Fisik
Tradisionalisme dalam dunia kerja sering kali mengutamakan kehadiran fisik sebagai ukuran dedikasi karyawan. Konsep “hadir di kantor” dianggap sebagai bukti komitmen, namun kenyataannya di era kerja jarak jauh dan digital, hasil kerja lebih dihitung dari output dan bukan waktu yang dihabiskan di meja kerja. Data terbaru menunjukkan peningkatan produktivitas sebesar 20-30% pada karyawan yang bekerja secara remote dibandingkan yang selalu hadir di kantor. Hal ini menunjukkan bahwa fleksibilitas dan kepercayaan kepada karyawan dapat menghasilkan performa yang lebih baik.
Selain itu, penggunaan teknologi seperti video conference dan platform kolaborasi memungkinkan tim untuk tetap terhubung tanpa harus berada di ruang yang sama. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengevaluasi kembali nilai kehadiran fisik yang selama ini dianggap sebagai ukuran utama profesionalisme. Di era digital, kepercayaan dan fleksibilitas menjadi kunci utama dalam mencapai efisiensi kerja.
Rapat yang Terlalu Sering dan Kurang Efisien
Rapat merupakan bagian penting dari dinamika kerja, namun rapat yang berlangsung terlalu sering atau tidak memiliki agenda yang jelas sering kali membuat waktu terbuang percuma. Banyak organisasi masih menjalankan rapat dengan konsep “one size fits all” tanpa mempertimbangkan kebutuhan masing-masing tim atau proyek. Di sisi lain, data menunjukkan bahwa rapat yang berlangsung selama satu jam hanya menghasilkan keputusan nyata dalam 20% dari total waktu yang dihabiskan.
Pendekatan modern menekankan pentingnya pertemuan singkat dan terfokus. Teknik seperti stand-up meeting atau daily huddle, di mana setiap anggota tim memberikan update singkat, terbukti lebih efektif dalam menjaga alur kerja dan komunikasi. Metode ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga meningkatkan partisipasi dan solusi yang lebih cepat dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian, perusahaan harus mempertimbangkan kembali struktur dan frekuensi rapat yang ada agar tidak menghambat produktivitas.
Evaluasi Kinerja Berdasarkan Jam Kerja
Penilaian kinerja berdasarkan jam kerja merupakan praktik lama yang masih banyak diterapkan. Konsep ini mengasumsikan bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan di kantor, semakin besar pula kontribusi yang diberikan oleh karyawan. Namun, di era modern, output dan pencapaian target jauh lebih penting daripada jumlah jam kerja. Banyak studi menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja dalam sistem fleksibel dan berbasis hasil cenderung memiliki motivasi yang lebih tinggi dan menghasilkan pekerjaan berkualitas.
Mengukur kinerja dengan indikator yang lebih relevan, seperti pencapaian milestone dan kontribusi terhadap proyek, memberikan gambaran yang lebih akurat tentang efektivitas kerja. Dengan pendekatan ini, perusahaan juga dapat mendorong inovasi dan kreativitas, karena karyawan merasa lebih dihargai atas hasil kerjanya daripada sekadar kehadiran. Transformasi digital di tempat kerja seharusnya mendorong penggunaan teknologi untuk monitoring performa yang lebih objektif dan terukur.






