Kenapa Gen Z Cepat Resign? Ini Alasan Utama Mereka Pindah Kerja

Kenapa Gen Z Cepat Resign? Ini Alasan Utama Mereka Pindah Kerja
Kenapa Gen Z Cepat Resign? Ini Alasan Utama Mereka Pindah Kerja : Photo by Redd Francisco on Unsplash

Mitos loyalitas Gen Z sering membuat banyak perusahaan salah paham. Generasi ini dianggap mudah bosan, cepat menyerah, dan tidak setia pada tempat kerja. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, kenapa Gen Z cepat resign sebenarnya bukan karena kurang motivasi — melainkan karena cara mereka memandang karier dan nilai hidup sudah berbeda jauh dari generasi sebelumnya.

Realitas di Balik Mitos Loyalitas Gen Z

Bagi banyak Gen Z, loyalitas bukan lagi berarti bertahan lama tanpa alasan, melainkan tentang hubungan dua arah yang saling menguntungkan. Mereka akan setia pada perusahaan yang juga menunjukkan komitmen untuk mendukung mereka tumbuh — baik secara profesional maupun personal.

Gen Z tidak hanya bekerja untuk gaji, tapi untuk makna. Mereka ingin tahu apakah apa yang mereka lakukan berdampak positif bagi masyarakat, lingkungan, atau kehidupan orang lain. Ketika perusahaan gagal menunjukkan hal ini, mereka tidak ragu untuk mencari tempat lain yang lebih sejalan dengan nilai-nilai mereka.

Selain itu, job hopping atau sering berpindah pekerjaan bukan tanda ketidaksetiaan. Justru bagi Gen Z, itu strategi untuk mempercepat pertumbuhan karier dan memperluas pengalaman. Dalam dunia yang berubah cepat seperti sekarang, mereka tahu bahwa belajar dari berbagai tempat memberi keunggulan yang lebih besar daripada sekadar bertahan demi “loyalitas”.

Data Pengunduran Diri Gen Z: Tren yang Tak Bisa Diabaikan

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tren ini nyata dan konsisten di seluruh dunia. Berdasarkan survei global tahun 2024, 69% pekerja Gen Z berencana mengundurkan diri dari pekerjaan mereka dalam waktu dua tahun ke depan.

Di Indonesia sendiri, data menunjukkan bahwa 3 dari 10 Gen Z hanya bertahan 1–2 tahun di perusahaan sebelum memutuskan untuk resign. Alasan utama mereka? Gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja dan job description, minimnya kesempatan berkembang, serta lingkungan kerja yang tidak mendukung keseimbangan hidup.

Secara global, sebuah studi dari Business Insider memperkirakan bahwa seorang pekerja Gen Z bisa berpindah pekerjaan hingga 10 kali antara usia 18 hingga 34 tahun. Angka ini memang tinggi, tapi menunjukkan realitas bahwa mereka mencari tempat yang benar-benar selaras dengan tujuan hidup, bukan sekadar tempat untuk bekerja.

Kenapa Gen Z Cepat Resign: Lebih Banyak Soal Nilai daripada Nominal

Resign bagi Gen Z bukan bentuk pelarian, tapi keputusan strategis. Ada beberapa alasan utama yang mendorong mereka cepat berpindah:

Keseimbangan antara Kerja dan Kehidupan

Gen Z tidak mau mengorbankan hidup demi pekerjaan. Mereka menolak budaya kerja berlebihan dan lebih memilih perusahaan yang menghargai work-life balance. Baginya, istirahat, kesehatan mental, dan waktu pribadi sama pentingnya dengan produktivitas.

Lingkungan Kerja yang Sehat dan Suportif

Gen Z ingin bekerja di tempat yang membuat mereka merasa dihargai, didengarkan, dan menjadi bagian dari sesuatu yang berarti. Jika atasan bersikap toksik atau komunikasi tidak terbuka, mereka akan cepat kehilangan motivasi.

Kurangnya Pengembangan Diri

Bagi generasi yang tumbuh di era digital, stagnasi adalah musuh terbesar. Mereka mengharapkan jalur karier yang jelas dan kesempatan belajar berkelanjutan. Ketika perusahaan gagal memberikan ini, mereka memilih keluar demi menemukan tempat yang bisa menantang kemampuan mereka.

Burnout dan Tekanan Berlebih

Ironisnya, Gen Z dikenal ambisius sekaligus rapuh terhadap burnout. Banyak dari mereka yang mengalami kelelahan mental karena tekanan performa tinggi dan ekspektasi berlebihan. Begitu merasa kesehatan mentalnya terganggu, mereka memilih berhenti — bukan menyerah, melainkan melindungi diri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *