lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa sudah bicara dengan sopan, tapi kok rasanya ada yang kurang pas saat ngobrol dengan orang tua atau lansia? Nah, fenomena ini sebenarnya cukup sering terjadi, di mana cara bicara yang kita anggap sopan ternyata justru dapat menyinggung generasi tua atau lansia. Ini bukan tentang niat buruk, melainkan lebih pada perbedaan cara pandang, pengalaman hidup, dan bahkan evolusi bahasa itu sendiri. Memahami nuansa ini adalah kunci untuk membangun jembatan komunikasi yang lebih baik, mengurangi kesalahpahaman, dan memperkuat hubungan antar generasi.
Memahami Perbedaan Generasi dalam Komunikasi
Komunikasi adalah seni, dan seperti seni lainnya, ia berevolusi. Generasi yang berbeda tumbuh dengan norma, nilai, dan bahkan slang yang berbeda. Apa yang wajar bagi kita, mungkin terdengar asing atau bahkan kurang ajar bagi mereka. Ini bukan masalah siapa yang benar atau salah, melainkan tentang menghargai keberagaman cara pandang.
Mengapa Ada Perbedaan dalam Memahami Kesopanan?
Generasi tua, atau seringkali disebut lansia, tumbuh di era di mana hierarki sosial, formalitas, dan penggunaan bahasa yang lugas namun terstruktur sangat dijunjung tinggi. Mereka terbiasa dengan komunikasi yang lebih terstruktur, kadang kala formal, dan mengedepankan tata krama yang sangat detail. Sementara itu, generasi muda cenderung lebih fleksibel, langsung, dan informal dalam berkomunikasi. Perbedaan ini bisa menjadi sumber kesalahpahaman jika tidak disadari. Mereka mungkin menganggap komunikasi yang terlalu santai sebagai bentuk kurangnya rasa hormat, padahal niat kita hanya ingin menciptakan suasana yang akrab.
Peran Konteks dan Latar Belakang
Perlu diingat bahwa pengalaman hidup membentuk cara seseorang berkomunikasi. Generasi tua mungkin memiliki pengalaman yang berbeda terkait pendidikan, pekerjaan, dan interaksi sosial. Mereka mungkin terbiasa dengan cara bicara yang lebih mengedepankan “status” atau “senioritas”, sementara kita, tanpa sadar, mungkin mengabaikan aspek tersebut dalam percakapan sehari-hari. Ini bukan berarti kita harus kaku, tapi lebih pada mengembangkan kepekaan terhadap siapa lawan bicara kita.
Kesopanan Palsu: Ucapan yang Kerap Menyinggung
Ada beberapa frasa atau kebiasaan bicara yang sering kita anggap sopan, namun sebenarnya bisa menyakiti hati atau menimbulkan ketidaknyamanan pada lansia. Mari kita selami satu per satu.
1. “Sudah Tua, Makanya Agak Susah Mengerti, Ya?”
Mungkin maksud kita adalah menunjukkan empati atau pengertian terhadap keterbatasan fisik atau kognitif yang mungkin dialami lansia. Namun, kalimat seperti “Sudah tua, makanya agak susah mengerti, ya?” atau variannya seperti “Maklum, kan sudah sepuh” bisa terdengar merendahkan atau meremehkan kemampuan mereka. Ini seolah menjustifikasi ketidakmampuan berdasarkan usia, yang bisa melukai harga diri mereka. Alih-alih menggeneralisasi, lebih baik fokus pada masalah spesifik yang mereka hadapi tanpa mengaitkannya langsung dengan usia. Misalnya, “Mungkin butuh waktu sebentar untuk memproses informasinya,” atau “Kalau ada yang kurang jelas, jangan sungkan bertanya lagi ya.”
2. “Loh, Kok Gitu? Dulu Kan Bisa!”
Membandingkan kemampuan lansia saat ini dengan masa muda mereka, seperti “Loh, kok gitu? Dulu kan bisa!” atau “Dulu Bapak/Ibu lebih cepat tanggap, ya,” seringkali dilakukan tanpa maksud buruk. Namun, ucapan ini bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman, malu, atau bahkan sedih. Lansia menyadari perubahan pada diri mereka, dan pengingat yang terus-menerus tentang penurunan kemampuan bisa terasa menyakitkan. Lebih baik fokus pada solusi atau dukungan yang bisa diberikan, bukan pada perbandingan yang tidak perlu.






