3. Perfeksionisme dan Sindrom Impostor: Sulit Menerima Jeda
Tanpa disadari, banyak millennial yang memiliki kecenderungan perfeksionis. Kita ingin segala sesuatu berjalan sempurna, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun kehidupan pribadi. Keinginan untuk selalu memberikan yang terbaik ini, meskipun positif, bisa jadi bumerang saat kita tidak bisa menerima kekurangan, termasuk kebutuhan untuk beristirahat. Kita merasa belum “layak” berlibur jika pekerjaan belum selesai 100%, atau jika target belum tercapai.
Ditambah lagi, ada yang namanya impostor syndrome. Perasaan tidak pantas atas kesuksesan yang diraih, atau selalu merasa bahwa orang lain lebih baik. Ini membuat kita terus-menerus bekerja keras, berusaha membuktikan diri, dan takut jika beristirahat akan dianggap malas atau tidak berkomitmen. Akibatnya, waktu libur yang seharusnya dinikmati justru diisi dengan kecemasan, atau bahkan tetap terpikirkan pekerjaan.
Mencari Jalan Keluar: Bagaimana Millennial Bisa Berlibur Tanpa Rasa Bersalah?
Melihat semua tantangan di atas, apakah artinya kita harus pasrah dengan kondisi lelah yang tak berujung? Tentu saja tidak! Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memutus siklus ini, meskipun mungkin tidak langsung drastis. Kuncinya adalah mengubah mindset dan mulai memprioritaskan diri sendiri.
1. Mengubah Definisi Liburan: Bukan Hanya Soal Perjalanan Jauh
Penting untuk mengubah persepsi kita tentang liburan. Liburan tidak selalu harus pergi jauh ke luar negeri, menginap di hotel mewah, atau menghabiskan banyak uang. Liburan bisa sesederhana:
- Staycation: Menginap di hotel dekat rumah, menikmati fasilitas kolam renang, atau sekadar menikmati suasana baru tanpa harus jauh-jauh.
- Micro-liburan: Mengambil cuti sehari atau dua hari untuk menjelajahi kota sendiri, mengunjungi museum, taman kota, atau kafe baru.
- Digital Detox: Sengaja mematikan notifikasi gadget, menjauh dari media sosial, dan fokus pada aktivitas offline seperti membaca buku, melukis, atau berkebun.
- “Me Time” Berkualitas: Ini bisa berupa apapun yang membuatmu merasa rileks dan bahagia, misalnya mendengarkan musik favorit, memasak makanan kesukaan, atau sekadar tidur siang yang berkualitas.
Intinya, liburan adalah tentang memberi jeda pada pikiran dan tubuh, melepaskan diri dari rutinitas, dan mengisi ulang energi. Tidak ada standar baku tentang bagaimana liburan yang “benar”. Temukan apa yang benar-benar bisa membuatmu merasa segar kembali.
2. Merencanakan Liburan Jauh-Jauh Hari: Strategi Ampuh Melawan Kekangan
Jika liburan panjang adalah impianmu, mulailah merencanakannya jauh-jauh hari. Ini bukan hanya soal menabung, tapi juga soal menyiapkan diri dan pekerjaan.
- Tentukan Tanggal: Pilih tanggal yang jelas dan komunikasikan dengan atasan serta rekan kerja. Dengan begitu, kamu bisa mulai mendelegasikan tugas atau menyelesaikan deadline lebih awal.
- Buat Anggaran: Tentukan berapa budget yang realistis untuk liburanmu. Ingat, liburan tidak harus mahal. Prioritaskan apa yang penting bagimu, dan cari alternatif yang lebih terjangkau.
- Delegasikan Tugas: Sebelum cuti, pastikan semua pekerjaan penting sudah ditangani atau didelegasikan kepada rekan kerja yang terpercaya. Buat checklist agar tidak ada yang terlewat.
- Hindari “Pekerjaan Bawa Pulang”: Saat liburan, usahakan untuk tidak membawa pekerjaan. Matikan notifikasi email kantor, dan fokus pada momen yang sedang kamu nikmati. Sulit memang, tapi ini penting untuk keberhasilan liburanmu.
Merencanakan lebih awal juga memberi kita kesempatan untuk “mengunci” niat liburan. Dengan tiket yang sudah dibeli atau akomodasi yang sudah dipesan, kita akan lebih termotivasi untuk mewujudkan liburan tersebut.






