10 Kesalahan Pola Asuh yang Bikin Anak Dewasa Menjauh dari Orang Tua

10 Kesalahan Pola Asuh yang Bikin Anak Dewasa Menjauh dari Orang Tua
10 Kesalahan Pola Asuh yang Bikin Anak Dewasa Menjauh dari Orang Tua (www.freepik.com)

5. Membandingkan dengan Orang Lain: “Lihat, Anak Tetangga Lebih Pintar!”

Membandingkan anak dengan orang lain adalah kesalahan klasik yang sering dilakukan orang tua. Mereka berharap dengan membandingkan, anak akan termotivasi untuk menjadi lebih baik. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Anak merasa tidak dihargai dan tidak dicintai apa adanya.

Mereka merasa seperti sedang berkompetisi dengan orang lain, bukan dengan diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka bisa menjadi pribadi yang iri, dengki, dan rendah diri. Mereka juga bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan berkembang karena merasa tidak pernah cukup baik.

6. Tidak Konsisten: “Kadang Boleh, Kadang Tidak Boleh”

Konsistensi adalah kunci dalam pola asuh. Anak-anak membutuhkan aturan dan batasan yang jelas agar mereka merasa aman dan terarah. Namun, jika orang tua tidak konsisten dalam menerapkan aturan, anak akan bingung dan sulit memahami apa yang diharapkan dari mereka.

Misalnya, kadang-kadang orang tua membiarkan anak bermain gadget hingga larut malam, tetapi di lain waktu mereka melarangnya. Ketidakkonsistenan ini bisa membuat anak menjadi manipulatif dan tidak menghormati aturan. Mereka juga bisa mengalami kesulitan dalam mengatur diri sendiri di masa depan.

7. Tidak Memaafkan Kesalahan: “Kamu Sudah Mengecewakanku!”

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk anak-anak. Namun, tidak semua orang tua bisa memaafkan kesalahan anak dengan mudah. Mereka cenderung menyimpan dendam dan terus-menerus mengingatkan anak tentang kesalahan mereka di masa lalu.

Akibatnya, anak merasa tidak diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka. Mereka juga merasa tidak dicintai tanpa syarat. Padahal, memaafkan kesalahan anak adalah bentuk kasih sayang yang sangat berarti. Ini menunjukkan bahwa orang tua percaya pada kemampuan anak untuk berubah dan menjadi lebih baik.

8. Tidak Menghargai Privasi: “HP Kamu, HP Saya Juga!”

Seiring bertambahnya usia, anak-anak membutuhkan ruang pribadi mereka sendiri. Ini termasuk kamar tidur, barang-barang pribadi, dan privasi dalam berkomunikasi. Namun, tidak semua orang tua memahami hal ini. Mereka cenderung menganggap diri mereka berhak untuk mengontrol semua aspek kehidupan anak, termasuk privasi mereka.

Akibatnya, anak merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya. Mereka bisa menjadi pribadi yang tertutup dan sulit diajak berkomunikasi. Mereka juga bisa merasa marah dan memberontak karena merasa hak-hak mereka dilanggar.

9. Tidak Menunjukkan Kasih Sayang Secara Terbuka: “Aku Sayang Kamu, Tapi…”

Kasih sayang adalah kebutuhan dasar setiap manusia, termasuk anak-anak. Mereka membutuhkan kasih sayang dari orang tua mereka agar merasa aman, dicintai, dan berharga. Namun, tidak semua orang tua bisa menunjukkan kasih sayang mereka secara terbuka.

Mereka mungkin berpikir bahwa dengan memberikan materi atau fasilitas yang lengkap, mereka sudah menunjukkan kasih sayang mereka. Padahal, anak-anak membutuhkan lebih dari itu. Mereka membutuhkan sentuhan fisik, kata-kata yang lembut, dan waktu berkualitas bersama orang tua mereka.

10. Tidak Menerima Perbedaan: “Kenapa Kamu Tidak Seperti Kakakmu?”

Setiap anak adalah individu yang unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, tidak semua orang tua bisa menerima perbedaan ini. Mereka cenderung membandingkan anak mereka dengan orang lain, terutama dengan saudara kandung mereka.

Akibatnya, anak merasa tidak dihargai dan tidak dicintai apa adanya. Mereka merasa seperti sedang berkompetisi dengan orang lain, bukan dengan diri mereka sendiri. Mereka juga bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan berkembang karena merasa tidak pernah cukup baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *