Anak Sudah Besar, Tapi Hatinya Mengecil?

Anak Sudah Besar, Tapi Hatinya Mengecil?
Anak Sudah Besar, Tapi Hatinya Mengecil? (www.freepik.com)

Kritik atau Penolakan yang Lebih Sering Diterima

Ketika Anda mencoba memberikan saran atau bahkan menunjukkan kekhawatiran, Anda seringkali disambut dengan kritik, penolakan, atau bahkan defensif. Mereka mungkin merasa Anda terlalu ikut campur, atau Anda tidak mengerti situasi mereka. Ini bisa membuat orang tua enggan untuk berbicara atau berbagi perasaan, karena takut akan respons negatif. Lingkungan yang dulunya aman untuk berbagi, kini terasa penuh dengan potensi konflik.

Kunjungan dan Interaksi Fisik yang Semakin Menurun

Bukan hanya komunikasi jarak jauh, interaksi fisik juga bisa menjadi barometer penting. Frekuensi kunjungan, bahkan untuk momen-momen penting, bisa menjadi indikator yang jelas.

Jarang Berkunjung, Bahkan di Momen Spesial

Dulu, Hari Raya, ulang tahun, atau perayaan keluarga lainnya adalah momen wajib untuk berkumpul. Sekarang, mereka mungkin datang sebentar, atau bahkan tidak datang sama sekali dengan berbagai alasan. Jika Anda yang selalu harus mendatangi mereka, atau jika pertemuan selalu terasa terburu-buru, ini bisa menjadi tanda bahwa Anda tidak lagi menjadi prioritas utama dalam jadwal mereka. Sebuah survei dari tahun 2023 menunjukkan bahwa 2 dari 5 anak dewasa yang tinggal terpisah dari orang tua, hanya berkunjung kurang dari 4 kali setahun. Angka ini jauh di bawah harapan orang tua.

Interaksi yang Terasa Hambar atau Tidak Menghasilkan Kualitas

Meskipun mereka datang berkunjung, apakah interaksinya berkualitas? Apakah mereka benar-benar hadir secara mental, atau sibuk dengan ponsel, pekerjaan, atau pikiran mereka sendiri? Terkadang, kehadiran fisik tanpa kehadiran emosional bisa lebih menyakitkan daripada ketidakhadiran sama sekali. Anda mungkin merasa berbicara sendiri, atau merasa diabaikan meskipun berada dalam satu ruangan.

Mengapa Ini Terjadi? Memahami Sudut Pandang Anak Dewasa

Melihat tanda-tanda ini bisa sangat menyakitkan, dan wajar jika muncul perasaan sedih, marah, atau kecewa. Namun, penting untuk mencoba memahami mengapa hal ini bisa terjadi dari sudut pandang mereka, tanpa membenarkan tindakan mereka, melainkan untuk mencari solusi.

Proses Individualisasi dan Pembentukan Identitas

Ketika anak-anak tumbuh dewasa, mereka menjalani proses individualisasi. Mereka membentuk identitas mereka sendiri, terpisah dari orang tua. Ini adalah bagian alami dari perkembangan. Mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa mandiri, membuat keputusan sendiri, dan tidak lagi bergantung pada siapa pun. Terkadang, dalam proses ini, mereka bisa “terlalu jauh” hingga melupakan bahwa orang tua juga memiliki kebutuhan dan perasaan.

Tekanan Hidup Modern yang Kompleks

Anak dewasa saat ini menghadapi tekanan yang luar biasa. Beban pekerjaan, tuntutan karir, masalah keuangan, mencari pasangan, hingga mengurus keluarga kecil mereka sendiri. Semua ini bisa sangat menyita waktu dan energi. Mereka mungkin merasa kewalahan dan tidak memiliki energi lebih untuk menjalin hubungan dengan orang tua, meskipun mereka peduli. Menurut data BPS tahun 2024, rata-rata jam kerja di Indonesia masih relatif tinggi, belum lagi waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan tanggung jawab rumah tangga. Waktu luang mereka sangat terbatas.

Kurangnya Kesadaran atau Empati

Terkadang, anak-anak tidak menyadari betapa besar dampak tindakan atau ketidakpedulian mereka terhadap perasaan orang tua. Mereka mungkin berpikir, “Ah, Ibu/Bapak pasti mengerti aku sibuk.” Atau mereka tidak pernah diajarkan untuk memahami kebutuhan emosional orang lain, termasuk orang tua mereka sendiri. Ini bukan berarti mereka jahat, tetapi mungkin kurang peka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *