lombokprime.com – Dulu, aturan parenting terasa begitu kaku dan baku. Generasi orang tua kita dibesarkan dengan prinsip-prinsip yang mungkin terasa keras di zaman sekarang. Namun, seiring berkembangnya zaman, pola pikir dan pendekatan dalam membesarkan anak pun ikut berubah. Pertanyaannya, dari sekian banyak aturan parenting zaman dulu, manakah yang masih relevan dan bisa kita terapkan di era modern ini?
Mari kita bedah satu per satu 10 aturan parenting zaman dulu yang dibandingkan dengan pendekatan masa kini, untuk melihat mana yang masih relevan dan bagaimana kita bisa mengadaptasinya.
1. Disiplin Keras vs. Disiplin Positif
Dulu, disiplin identik dengan kekerasan fisik. Cubitan, jeweran, atau bahkan pukulan dianggap sebagai cara efektif untuk mendisiplinkan anak. Tujuannya jelas, agar anak patuh dan tidak membantah orang tua.
Sekarang, pendekatan disiplin positif lebih banyak dianut. Kekerasan fisik ditinggalkan, diganti dengan komunikasi yang efektif, konsekuensi yang logis, dan penguatan perilaku positif. Disiplin positif fokus pada mengajarkan anak bertanggung jawab dan memahami alasan di balik aturan, bukan sekadar patuh karena takut.
Relevansi: Disiplin tetap penting, namun kekerasan fisik jelas tidak relevan dan terbukti berdampak buruk pada perkembangan anak. Disiplin positif, dengan penekanan pada komunikasi dan pemahaman, jauh lebih efektif dan sesuai dengan nilai-nilai parenting modern.
2. Anak Harus Selalu Nurut vs. Mendengarkan Suara Anak
Generasi dulu mungkin akrab dengan ungkapan “anak adalah milik orang tua,” yang seringkali diterjemahkan menjadi anak harus selalu menuruti perkataan orang tua tanpa banyak bertanya. Pendapat anak seringkali diabaikan, dan orang tua adalah pemegang keputusan mutlak.
Kini, parenting modern lebih menekankan pada mendengarkan suara anak. Anak dianggap sebagai individu yang memiliki hak untuk berpendapat dan didengar. Orang tua belajar untuk berdialog dengan anak, memahami perspektif mereka, dan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan yang relevan.
Relevansi: Mendengarkan suara anak sangat relevan. Ini bukan berarti memanjakan anak, tetapi menghargai mereka sebagai individu dan membangun komunikasi yang sehat sejak dini. Anak yang merasa didengar cenderung lebih terbuka dan percaya diri.
3. Kebebasan Terbatas vs. Ruang untuk Bereksplorasi
Dulu, anak-anak seringkali dibatasi ruang geraknya. Orang tua cenderung khawatir berlebihan dan melarang anak melakukan banyak hal atas nama keamanan. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah atau lingkungan sekitar yang sangat terbatas.
Sekarang, orang tua lebih menyadari pentingnya ruang untuk bereksplorasi bagi perkembangan anak. Anak-anak diberi kesempatan untuk mencoba berbagai hal, menjelajahi lingkungan yang lebih luas (tentunya dengan pengawasan yang tepat), dan mengembangkan rasa ingin tahu mereka.
Relevansi: Memberikan ruang untuk bereksplorasi tetap relevan, bahkan semakin penting di era digital ini. Eksplorasi membantu anak mengembangkan kreativitas, kemandirian, dan kemampuan memecahkan masalah. Tentu saja, keamanan tetap menjadi prioritas utama.
4. Fokus pada Akademik vs. Pengembangan Holistik
Dulu, kesuksesan anak seringkali diukur dari nilai akademiknya. Orang tua sangat fokus pada prestasi di sekolah, les tambahan, dan persiapan ujian. Aspek lain seperti minat, bakat, atau perkembangan sosial-emosional anak seringkali kurang diperhatikan.
Kini, parenting modern lebih menekankan pada pengembangan holistik anak. Selain akademik, orang tua juga memperhatikan perkembangan emosional, sosial, kreativitas, dan bakat anak. Pendidikan dianggap sebagai proses yang menyeluruh, bukan hanya tentang nilai di rapor.
Relevansi: Pengembangan holistik sangat relevan. Anak bukan hanya mesin penghafal pelajaran. Memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak membantu mereka tumbuh menjadi individu yang seimbang, bahagia, dan sukses dalam berbagai bidang kehidupan.






