Masalah Kesehatan Mental
Tekanan untuk menyembunyikan diri dapat berkontribusi pada perkembangan masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan rendah diri. Anak-anak mungkin merasa bahwa diri mereka yang “asli” tidak cukup baik, yang mengikis rasa percaya diri mereka. Risiko bunuh diri juga dilaporkan lebih tinggi pada individu autis yang melakukan masking secara ekstensif.
Krisis Identitas
Ketika seseorang terus-menerus menyembunyikan identitas aslinya, mereka bisa kehilangan kontak dengan siapa diri mereka sebenarnya. Mereka mungkin tidak tahu apa preferensi atau minat mereka sendiri, karena mereka selalu fokus pada apa yang diharapkan orang lain. Ini bisa menyebabkan krisis identitas yang mendalam di kemudian hari.
Kesulitan Diagnosis
Masking juga dapat menunda atau menghambat diagnosis autisme. Karena anak-anak tampak “berfungsi tinggi” di lingkungan sosial, orang dewasa mungkin tidak mengenali tanda-tanda autisme mereka. Ini berarti mereka mungkin tidak menerima dukungan dan akomodasi yang mereka butuhkan pada usia dini, yang bisa memperburuk kesulitan mereka di kemudian hari.
Bagaimana Kita Bisa Membantu Anak Melepaskan Masking?
Membantu anak-anak melepaskan topeng mereka membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan perubahan perspektif dari pihak kita. Ini adalah tentang menciptakan lingkungan di mana mereka merasa aman untuk menjadi diri mereka sendiri.
Validasi Perasaan Mereka
Langkah pertama adalah validasi. Katakan pada anak bahwa tidak apa-apa untuk menjadi diri mereka sendiri, dan bahwa kita menerima mereka apa adanya. Validasi pengalaman mereka, bahkan jika kamu tidak sepenuhnya memahaminya. Contohnya: “Mama/Papa tahu kamu pasti lelah sekali setelah sekolah. Tidak apa-apa kok kalau mau istirahat atau melakukan stimming di sini.” Atau, “Aku tahu kadang sulit untuk berteman, tapi kamu tidak perlu mengubah dirimu hanya untuk disukai orang lain.” Ini adalah pesan yang sangat kuat.
Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Menerima
Di rumah, jadikan tempat yang paling aman bagi mereka untuk “membuka topeng.” Ini berarti mengurangi tuntutan sosial, memberikan ruang untuk stimming, dan membiarkan mereka mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi. Di sekolah, advokasi untuk akomodasi yang tepat, seperti tempat yang tenang untuk istirahat, atau izin untuk stimming jika tidak mengganggu. Edukasi teman sebaya dan guru tentang autisme juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif.
Ajarkan Strategi Koping yang Sehat
Daripada memaksa mereka untuk masking, ajarkan strategi koping yang sehat untuk mengelola overload sensorik atau emosional. Ini bisa berupa teknik pernapasan, sensory breaks, atau mencari tempat yang tenang. Dorong mereka untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka, bahkan jika itu sulit. Misalnya, ajari mereka untuk mengatakan, “Aku butuh waktu sebentar,” atau “Aku butga istirahat.”
Fokus pada Kekuatan Mereka
Alih-alih berfokus pada “kekurangan” mereka, soroti kekuatan dan minat khusus mereka. Bantu mereka mengembangkan hobi dan minat di mana mereka bisa merasa kompeten dan percaya diri. Ini akan membangun harga diri mereka dan menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk menjadi berharga, di luar norma-norma sosial.
Edukasi Diri Sendiri dan Orang Lain
Semakin banyak kita belajar tentang autisme, semakin baik kita bisa mendukung anak-anak. Baca buku, ikuti workshop, dan dengarkan pengalaman individu autis dewasa. Sebarkan kesadaran kepada keluarga besar, teman, dan komunitasmu. Semakin banyak orang yang memahami autisme, semakin sedikit tekanan yang akan dirasakan anak-anak untuk masking.






